Saat memutuskan untuk menikmati waktu dan bersantai
di Ubud. Museum Blanco adalah salah satu spot wajib yang masuk dalam jadwal
kunjungan saya. Beberapa kali ke Ubud, sekalipun belum pernah tandang ke museum
Blanco. Itu semua karena rekan jalan saya pada waktu itu tidak menyukai museum,
hehehe. Berhubung saya jalan
sendirian, maka saya bebas memilih apa yang wajib saya kunjungi. Tak heran,
bila waktu kunjungan saya ke Museum Blanco tergolong paling lama dibanding spot
wisata lainnya. Penasaran ?, yok ikuti aktivitas saya di Museum Blanco!
pintu gerbang utama di pinggir jalan Raya Cempuhan Ubud, untuk masuk kebagian gedung Museum Blanco |
Lokasi Musum Blanco langsung terlihat bila
pengunjung melalui jalan Raya Campuhan Ubud. Berada di dataran tinggi
dikelilingi sungai Campuhan. Suasana sejuk dan rindangnya pepohonan langsung
terasa saat pengunjung memasuki pintu depan yang bersinggungan langsung dengan
jalan Raya Campuhan Ubud. Pukul 08.40 saya sudah berada di lokasi museum.
Sengaja datang awal dari jadwal kunjungan yang dibuka untuk umum pada 09.00 –
17.00 setiap harinya. Wisatawan lokal cukup membayar tiket Rp.30.000,-/orang dan Rp.80.000/orang untuk wisatawan mancanegara.
Selamat Datang di The Blanco Renaissance |
SEJARAH
MUSEUM BLANCO
Untungnya datang paling pagi ke Museum itu adalah
leluasa menikmati isi museum sebelum di sesaki pengunjung lain. Dan benar saja,
saat saya datang, belum ada pengunjung lain. Bahkan pekerja museum baru saja
selesai membersihkan pekarangan. Beberapa sajian bunga segar menghias di setiap
sudut lokasi halaman museum. Kawasan nan asri. Saya pun menyempatkan waktu
menikmati suasana halaman depan sebelum masuk ke bagian dalam museum. Pekik
merdu burung Kakak Tua dan Nuri menyambut kedatangan siapapun yang melalui
pintu masuk usai loket tiket. Di halaman berselimut rumput hijau terdapat
sebuah kedai dengan kursi duduk yang begitu nyaman. Terlebih lagu-lagu orchestra
diputar menambah syahdu suasana.
atraksi menarik menyambut kedatangan tamu ke bagian halaman depan gallery |
suasana sejuk di taman bagian loket tiket |
Sebagai keturunan Amerika – Spanyol, pria bernama
lengkap Antonio Don Blanco kelahiran Manila, Philipina pada 15 September 1921
memiliki jiwa seni yang begitu mendarah-daging. Bagaimana tidak, pencarian
inspirasinya dalam melukis dilakukan di beberapa negara. Mulai dari menimba
ilmu di Amerika, benua Afrika hingga Asia. Dan kemudian menetap di Bali hingga menikahi
seorang penari tradisional Bali – Ni Rondji, pada 1953 sebelum Blanco wafat
pada 10 Desember 1999.
Pembangunan Museum Blanco sendiri dilakukan pada 28
Desember 1998 sebelum kemudian diresmikan pada 15 September 2001 dan diberi
nama ‘The Blanco Renaissance Museum’ menampung lebih dari 300 karya Antonio
Blanco.
MAHAKARYA
ANTONIO BLANCO
Usai menikmati suasana pada halaman depan gedung
museum nan asri, saya melangkahkan kaki menaiki anak tangga dan menuju pintu
masuk dari gallery lukisan Antonio Blanco. Sebelum masuk, petugas yang berjaga di
pintu masuk memberikan booklet yang berisikan keterangan dari koleksi yang ada
di dalam ruangan termasuk mengingatkan saya untuk tidak mengambil photo atau
video selama berada didalam ruang pajang lukisan. Jadi dalam postingan ini pun
saya tidak memajang karya dari Antonio Blanco karena selama ada didalam ruang
pajang lukisan dilarang memotret!. Ingat itu wahai pengunjung!.
Sebenarnya, nuansa megah dari Museum Blanco itu
telah terasa sejak pengunjung berada di luar dari ruangan gallery. Bangunan gedung
museum dua lantai tersebut menyerupai
patung Siwa dengan empat tangan yang seolah menyambut kedatangan pengunjung.
Maka kemegahan bangunan terus terjaga hingga bagian dalam dari ruang pajang
lukisan Blanco. Saya menikmati setiap lukisan yang terpajang termasuk segala ornament
ruangan yang memiliki citarasa seni bernilai tinggi. Tengok saja bentuk tangga
yang menghubungkan lantai 1 ke lantai 2. Berasa ada di tangga bangunan kerajaan
Romawi. Tidak diperbolehkannya melakukan sesi photo atau video selama dalam
ruangan membuat saya lebih fokus menikmati setiap guratan yang banyak
menonjolkan aura romantis–ekspresif.
Seluruh lukisan yang saya temui benar-benar mengisahkan perjalanan rasa
dari seorang seniman kelas dunia. Tertuang apik dalam karya feminim yang
terstruktur sejak pertama Blanco memulai seni lukis pada 1937 hingga akhir
hayatnya 1999. Menikmati karya lukis seorang Mastero tanpa ada pengunjung lain
itu seru lho!!.
bagian luar dari gallery Lukis Blanco yang boleh di photo |
patung-patung dan ornamen menarik pandangan mata di Museum Blanco. |
Karena aliran lukisan Blanco yang cenderung
feminism maka tak heran bila 90 persen lukisan yang terpajang berwujud wanita-wanita
berparas cantik dengan lekuk tubuh yang menggoda pandangan mata. Mulai dari wanita berbusana hingga lukisan
wanita tanpa busana sama sekali. Bahkan konon, semua wujud wanita yang ada
dalam lukisan tersebut memiliki hubungan personal dengan Antonio Blanco. Dalam museum juga terdapat ‘Erotic Room’ yang
menyajikan koleksi lukisan dengan mempertontonkan kemolekan tubuh wanita dan
juga pria!. Tapi bagi yang masih dibawah usia 17 tahun dilarang masuk kedalam
ruangan ini. buahaya!!,hehehe.
Disisi lain dari kawasan gallery lukisan Blanco
terdapat studio lukis yang kerap digunakan Antonio Blanco sebagai tempat
melukis serta memajang foto-foto keluarga besarnya. Karya seni Blanco sungguh
memesona. Waktu dua jam tak terasa berlalu saat saya menikmati satu persatu
setiap lukisan dan setiap detail dari bangunan serta gaya interior Museum
Blanco. Sungguh melenakan mata. Tak heran bila banyak dari petinggi negeri
hingga pesohor dunia mengoleksi karya dari Antonio Blanco. Sungguh mahakarya
yang mengagumkan. Bila kelak saya ke
Ubud, saya masih berminat untuk singgah ke Museum Blanco lagi.
Aku ini sepertinya turis ketinggalan jaman banget kalau di Bali. Bolak-balik ke Bali tapi belum pernah ke museum Blanco. Datang sekali lagi wajib ke sini kayaknya 🤣🤣
BalasHapusyup mba, Museum nya menarik, aku saja bisa berlama-lama memandangi setiap lukisan. karena merasa tiap lukisan berbicara dengan jenis guratan yang berbeda meski nyaris 90 persen lukisannya berbentuk manusia.
HapusWah, saya baru tau soal orang ini dan museumnya dari baca tulisan om Indra.
BalasHapusTerima kasih ya sudah berbagi :)
makasih kakak Darius kece...
HapusCakep banget dah ini.
BalasHapusTerima kasih mas Indra untuk ulasannya. Keren pisan ey.
www.aulaandika.com
terima kasih sudah mampir mas Aula ..
Hapus