Apa
itu drumblek?
Saya juga
bertanya begitu saat mas Anton mengajak saya hadir dalam gelaran Festival
Drumblek di Kampung Ragam Warna, Kendal,
Jawa Tengah. Saya menerima ajakan mas Anton ketika mendapat penjelasan
singkat soal Drumblek. Meski menyisakan pertanyaan lanjutan. Maklum, saya pribadi belum pernah tahu apa itu
Drumblek. Juga belum pernah menyaksikan sajian Drumblek secara langsung
sebelumnya.
sajian tari Sufi dan shalawat pada sore hari yang memikat pengunjung |
Sejak
sore, Kampung Ragam Warna bagai sumber magnet yang menarik perhatian banyak
warga. Sajian musik bernuansa islami dengan tarian sufi mampu menarik minat pengunjung merapat ke bibir panggung. Beragam pernak pernik menjadi
penghias kawasan kampung. Tak heran kala
malam beranjak, puluhan penduduk mulai ramai memenuhi tempat acara. Tepat di
lapangan bulu tangkis yang di sulap menjadi panggung hiburan rakyat nan
menarik. Kala pertama tiba di Kampung Ragam Warna, saya langsung terpukau pada wujud panggung yang ditata apik itu.
Panggung sederhana namun terbungkus dengan nilai seni nan melibatkan hati.
“Sajian
Drumblek segera dimulai” ujar mas Suseno – ketua Karang taruna Kampung Ragam
Warna pada saya dan rekan-rekan malam itu.
Beberapa pengisi acara telah bersiap. Kelompok penyaji Drumblek pun
telah menempati rumah rumah warga yang menjadi tempat berhias mereka. “Malam ini ada 4 group Drumblek yang akan
tampil” jelas mba Wiwiek pada saya soal penyaji seni yang akan hadir di
panggung hiburan. Mereka tak hanya dari kawasan Kampung Ragam Warna saja tetapi
juga dari beberapa kabupaten lain di Jawa Tengah. “Mulanya, Drumblek itu berasal dari Salatiga”
sahut mba Wiwiek ketika saya tanya soal asal muasal Drumblek. “Tapi sebagai
seni yang telah memasyarakat di Jawa Tengah, maka Drumblek menjadi suguhan seni
rakyat yang kerap ditampilkan dalam acara-acara akbar” jelas mba Wiwiek soal
Drumblek.
Suguhan
Drumblek serupa dengan marching band versi tradisional. Sesuai dengan namanya, Drumblek adalah seni tabuh alat musik yang terdiri
dari Drum dan Blek, yang dalam bahasa Jawa bermakna kaleng bekas. Jadi Drumblek
adalah sajian musik tradisional dengan menjadikan benda-benda tradisonal
seperti kaleng, tong bekas bahkan botol air mineral ukuran besar sebagai media
tabuhnya. “Alat musik utama Drumblek itu
justru benda-benda yang sebenarnya bukan berfungsi sebagai alat musik” ujar mas
Suseno menjelaskan tong plastik, tong berbahan seng hingga bambu yang melengkapi
sajian setiap group Drumblek selain bellyra dan pianika. Malam itu, saya melihat sendiri bagaimana
kreativitas penyaji Drumblek di panggung hiburan. Mereka tak hanya sekedar
membawa alat musik tetapi juga menyajikan aransemen musik yang dikemas dengan
menarik. Paduan musik tradisional dan modern. Selain itu, busana para penampil
pun memikat perhatian penonton. Mulai dari busana daerah Jawa hingga Papua.
Tampilan yang memanjakan mata. Terlebih setiap kelompok memiliki gaya tampil yang berbeda-beda. Mulai dari jenis aransemen musik hingga setting panggung tematik.
FESTIVAL DRUMBLEK KAMPUNG RAGAM WARNA
Sajian
Drumblek di Kampung Ragam Warna terus berlanjut di hari kedua. Tapi kali ini
berlangsung dengan prosesi kirab dan melalui jalan utama Kampung Ragam Warna
pada keesokan harinya. Sebuah sajian lanjutan usai pembukaan Festival Drumblek
dimalam sebelumnya.
Sejak
pagi saya pun antusias menantikan rombongan arakan Drumblek di jalan Kampung
Ragam Warna. Karena badan jalan Kampung Ragam Warna tidak terlalu luas, saya
musti rela berdesakan dengan warga yang antusias menyimak kehadiran group
Drumblek. Sebagai tahun ke 3 dari gelaran Festival Drumblek di Kampung Ragam
Warna, ragam sajian dalam Festival Drumblek mampu mencuri perhatian segenap
lapisan masyarakat. "Meski jumlah group yang ikutserta sebagai peserta tahun ini mengalami penurunan, akibat benturan dengan event seni di kabupaten lain di jawa Tengah" jelas mba Wiwiek soal jumlah peserta Festival Drumblek.
tong plastik jadi media tabuh dalam sajian Drumblek |
Satu
persatu group Drumblek hadir melewati jalan Kampung Ragam Warna menuju panggung
hiburan. Para penabuh dengan beberapa atribut khasnya, memainkan musik dengan
media tong bekas. Mereka memainkan beragam alat musik tersebut secara kelompok
dengan berbaris layaknya sebuah Marching Band.
Hentakan musik yang dimainkan
selama arakan di jalan kampung pun di sambut meriah warga. Terlebih ketika
musik instrumental yang disajikan terdengar akrab ditelinga. Sebut saja
instrument lagu dangdut atau lagu-lagu kekinian yang mampu memancing penonton
berdendang.
Usai
prosesi arak-arakan, para kelompok Drumblek menempati beberapa rumah warga yang
telah dipersiapkan khusus untuk penampil menata diri sebelum pentas di
panggung. Suasana kampung semakin ramai. Pengunjung tak hanya warga di kampung
Ragam Warna saja tetapi dari beberapa kampung lainnya. Meski cuaca siang begitu
terik, tak menghalangi antusias warga untuk menyimak sajian Drumblek. Yang menarik, dalam Kampung Ragam warna tak
hanya gelaran Drumblek saja. Terdapat beberapa perlombaan yang turut
menyemarakkan rangkaian acara dari festival Drumblek. Diantaranya, melukis
diatas payung kertas dan melukis diatas caping (topi petani) serta lomba
photography. Yang menarik, lomba photography dalam festival Drumblek mampu
menarik minat 200-an photographer sebagai peserta. Maklum, hadiah yang berikan
oleh panitia cukup menggiurkan untuk sebuah lomba photo hunting. Total hadiah
mencapai 15 juta rupiah cuy!!.
Untuk
sebuah hajatan suatu kampung, sajian Festival Drumblek di Kampung Ragam warna
layak diapresiasi sebagai bagian dari kreativitas warga untuk menumbuhkan
semangat berkesenian dan melestarikan nilai nilai budaya.
Huaaaaa, tarian sufi. Dari dulu saya mau banget lihat tarian ini tapi belum kesampaian.
BalasHapusDrumblek, Drum dan blek. Sesimpel itu ya. ahahah.
saya udah mikir susah-sausah kira-kira kesenian macam apa yang akan ditampilkan, ternyata musik perkusi gitu ya om.
Tapi kok saya lihat ada gambar pianika ya?
hehehehe...yup. pianika dan keyboard juga jadi unsur kreasi dari setiap group drumblek yang tampil. mereka idberi kebebasan berkreasi asal DRUM dan BLEK wajib ada dalam satu group tampil.
Hapusdan dikau di sini ngelenong juga bang?? :D
BalasHapusitu harmoni dari musiknya pasti seru ya bang? macam di yutub2 kayaknya ya?
Waaahhh mas Indra main ke Kampung Ragam Warna juga, nih. Saat diajak ke kampung ini pertama kali bulan Mei lalu, aku juga terpesona sama pertunjukkan drumblek. Saat itu ditunjukkan dalam rangka peresmian Kampung Ragam Warna. Drumblek itu bersahaja (cuma pake "blek" gitu lho) tapi unik dan keren! Mereka sampai perform ke Jepang lho. Sayang saat Festival Drumblek kemarin saya berhalangan hadir, ternyata seru banget!
BalasHapusTerima kasih sudah mengabarkan, mas. Semoga Kampung Ragam Warna Mranggen di kab. Kendal ini terus berkembang.
Wah, kita ga ketemu ya kak pas di sana. Selama 2 hari di Kampung Ragam Warna meriah banget acaranya. Seru ketemu seniman muda daerah setempat.
BalasHapus