… Berlarianlah mereka
menuju lorong yang terang benderang. Tak lagi tersumbat oleh desakan cahaya
dalam ragam warna yang tak tergambarkan …
Begitulah
upaya Tsukuru Tazaki. Tokoh tegas dalam novel Colorless Tsukuru Tazaki and His Years Pilgrimage karya novelis
Jepang favorite saya Haruki Murakami yang digambarkan sedang berlari dari
kejaran komplotan jahat. Kepala saya
masih dijejali gumpalan tanya akibat bacaan separuh jalan.
Hamparan pesona alam dari ketinggian |
Cuaca
begitu bersahabat kala menjejakkan kaki di Lombok. Dalam kunjungan lanjutan
dari program bantuan yang telah diretas pada dua bulan sebelumnya. Pagi itu, saya kembali bersama dengan mas
Anton sang penggagas gelaran, kak Kent – pilot maskapai komersil yang masih
berkenan meluangkan waktu untuk kegiatan sosial, Daeng Mamat sang dokter solder
pada Klinik Drone dan Anaz – sosok pendiam tetapi memiliki kedalaman kata dalam
lisan maupun tulisan yang kerap membuat saya takjub. Bergabung pula sosok anyar, mba Vema yang
merupakan rekan Anaz. Dan masih banyak
rekan lain yang akan bergabung nantinya. Yup, kami bertemu lebih dulu karena penerbangan
yang tiba lebih awal.
“Pariwisata
Lombok bangkit lagi” gumam saya dalam hati begitu melihat bagian luar dari
Bandara yang telah banyak berbenah. Di jalan
utama depan bandara, sebuah spanduk terbentang dengan tajuk ‘Mandalika
International Marathon 2018’. Dilaksanakan pada 4 November 2018 sebagai bagian
dari perayaan HUT TNI ke 73. Nampak
jelas, gelaran standar Internasional berupa lari marathon tersebut bagai upaya
Lombok untuk berjalan kembali usai
terjatuh dalam duka.
jalanan lengang dan perbukitan |
indahnya hamparan alam dan kawasan Mandalika di kejauhan |
Baca Juga ; Kawasan Ekonomi Khusus MANDALIKA
Ditunjuknya
kawasan Mandalika sebagai tempat pelaksanaan dari gelaran tersebut tentu
memberikan dampak baik bagi pamor pariwisata Lombok. Terlebih kawasan Mandalika
yang memiliki garis pantai nan memesona
sepanjang 16 km dan merupakan destinasi pariwisata kelas dunia tersebut akan
memberikan pengalaman menarik pada peserta marathon ketika berlarian di tepi
pantai berpasir putih nan halus. Meski gelaran tersebut telah terlaksana pada
saat kedatangan saya dan rombongan, tapi menyimak upaya segenap komponen
masyarakat dan pemangku kebijakan di Lombok untuk kembali menggerakkan sektor
pariwisata patut di acungi jempol.
Perlahan
tapi pasti, Lombok kembali jadi primadona kunjugan wisatawan dan terus berbenah
dalam segala bidang. Salah satu upaya
nyata melalui Surat Keputusan Menteri Pariwisata tentang Tim Kerja Pemulihan
Destinasi dan Promosi Pariwisata pasca gempa Lombok merupakan program recovery destinasi pariwisata terdampak
dan promosi pariwisata tidak terdampak bencana di Lombok. Dukungan Kemenpar
pada Pemda NTB dan industri pariwisata Lombok juga termasuk dukungan program
dan anggaran Kemenpar. Kelak dapat mengakomodir dan mendukung program ‘Lombok
Bangkit’ dari Pemda NTB untuk industri pariwisata Lombok.
Beranjak
siang, mas Anton menawarkan ide untuk singgah ke kawasan Mandalika. Tentu
kami tak menolak. Anggap saja upaya mengisi waktu pagi dan menunggu
rekan lain datang nantinya. Bagai upaya menangkap pesona dalam perjalanan.
Inilah salah satu keuntungan jalan bareng mereka yang memang hobi jalan. Tak
pernah membiarkan waktu kosong percuma. Selalu ada aktivitas menarik. Bagi
saya, ini termasuk upaya menambah konten, hehehe.
Kendaraan
yang kami tumpangi melalu jalan yang lengang. Pak sopir membawa kami pada
sebuah perbukitan. Bentangan alam nan
indah langsung menyambut kami. Bergegaslah kami menuju puncak tertinggi pada
gugusan bukit. Hamparan kawasan Mandalika terlihat di depan mata. Bukit-bukit
berbaris, beriring indah diantara pepohonan dan hunian warga yang tersebar pada
dataran rendah. Gumpalan awan berhias diantara rona langit membiru. Karya semesta begitu nyata memikat mata.
Takjub!.
karya Drone mas Anton |
kebersamaan kami siang itu |
Perjalanan
pun berlanjut. Usai mengabadikan moment dan menerbangkan pesawat drone kami
bergerak mendekati kawasan Mandalika.
Karena bukan akhir pekan, maka kawasan Mandalika tidak terlalu ramai
pengunjung. Cukuplah memuaskan diri
menikmati deburan ombak sembari merebahkan badan di kursi malas. Beberapa
wisatawan mancanegara terlihat sedang menikmati suasana pantai dalam kawasan
Mandalika. Tak heran bila siang itu,
nampak hotel dan resto mulai beroperasional secara normal. Bersiap menyambut
kedatangan pelancong. Hidup harus terus optimis. Karena badai pasti berlalu.
Semakin
siang, topik obrolan antar kami semakin
menarik. Semacam quality time jelang
kegiatan sosial. Meski perkenalan kami
terbilang baru tapi tak menghalangi niat untuk tergabung dalam tim kerja yang
saling menyokong. Seperti ungkapan Haruki Murakami dalam karyanya ‘Dance Dance Dance’ ; Keluarga dan Pertemanan merupakan dua sumbu
yang kelak akan bertemu. Teman kelak akan berujung pada keluarga dan keluarga
layaknya teman yang senantiasa ada meski kadang terpisah jarak dan waktu.
Nice kk 😍😍😘😘
BalasHapusSuka kalimat di paragraf terakhirnya, tentang teman dan keluarga :)
BalasHapusLombok terlalu indah jika terus tidur karena bencana ya. Saatnya memang sudah datang untuk Lombok bangkit kembali. Semoga wisatawan juga semakin lancar kedatangannya ke tempat ini
BalasHapusSemoga Lombok bisa bangkit terus ,jadi destinasi wisata andalan Indonesia
BalasHapusLega bacanya, semoga pariwisata Lombok bisa makin moncer setelah bencana ya Bang
BalasHapusEndingnya apikkkk.
BalasHapusSemoga Lombok lekas bangkit dan Rinjani dibuka total :)
Lombok, destinasi impian. Meskipun kini sedang dilanda musibah, insha Allah mah setelah ini akan lebih maju lagi disemua sektor.
BalasHapuswww.aulaandika.com