Tandang
ke Bali itu bukan sesuatu yang asing bagi saya.
Mulai masa liburan bareng keluarga, study tour jaman SMA hingga beberapa
kali pelesiran bareng temen-temen saat liburan kuliah dulu. Belum termasuk jadi biduan atau urusan
pekerjaan. Dari sekian kali ke Bali, saya ingin melakukan sesuatu yang beda. Yang
belum pernah saya lakukan sebelumnya bila ke Bali.
“Serius
lu pengen motoran di Bali?!” ujar
rekan kerja tak percaya ketika tahu saya ingin menikmati Bali dengan sepeda
motor.
Keinginan
tersebut pun kesampaian. Usai 4 hari
gelaran Anak Lombok Semangat Sekolah
(ALSS) bersama rekan-rekan lintas profesi di Lombok, maka sisa cuti yang
saya miliki saya gunakan untuk singgah di Bali.
Usai mendapatkan sepeda motor di
9 November 2018 pagi, maka berlangsunglah misi saya keliling ke beberapa spot
wisata di Bali sesuai dengan keinginan.
PURA ULUN DANU BRATAN – BEDUGUL
Saya
punya waktu hingga 11 November untuk kembali lagi ke kawasan Kute dan
mengembalikan motor sewaan ke pemiliknya. Rute pertama yang saya tuju adalah
kawasan Bedugul. Akses jalan yang terbilang lancar meski terkena serangan hujan
lebat di beberapa lokasi yang saya lalui. Sempat beberapa kali singgah di
pelataran toko pinggir jalan sebelum akhirnya terabas hujan dengan mantel hujan
yang tak terlampau lebar. Alhasil sweeter yang saya kenakan pun basah terkena
hujan. Termasuk bagian kaki dan celana pendek yang saya pakai. Tiba di kawasan Pura Ulun Danu Bratan –
Bedugul pun cuaca tak begitu bersahabat. Setelah hujan lebat, kabut datang dari
kawasan perbukitan dan menyelimuti bangunan Pura. Cocok dah!!. Saya sempat bersantai Ngopi lalu pesan teh hangat yang
kemudian lekas dingin karena suhu di kawasan pura begitu dingin. Sempat pula
makan mie rebus guna menunggu kabut yang mendekap bangunan pura beranjak.
mau dapat photo kece teteup wajib Antri dengan pengunjung lain yaaaa |
MENIKMATI UBUD
Waktu
semakin beranjak sore. Usai mengabadikan diri di bangunan pura yang ada dalam
uang kertas 50.000-an tersebut, saya bergerak menuju kawasan Ubud. Yup!,
kawasan Ubud memang jadi spot favorite saya di Bali. Meski jarak dari Bedugul ke Ubud terbilang
jauh, tapi sepanjang jalan yang saya lalui banyak hal –hal menarik yang buat
saya banyak berhenti lalu mengabadikan momen menarik tersebut. Salah satunya
adalah arak-arakan dari perayaan pernikahan. Tak heran bila tiba di Ubud
suasana telah gelap. Malam beranjak. Usai menaruh ransel di kamar tidur yang telah
saya pesan saat di Bedugul, saya memanfaatkan waktu untuk menikmati Ubud kala
malam. Berjalan di sepanjang jalan Ubud Raya bersama para pelancong lainnya
hingga singgah makan malam di sebuah resto yang ramai. Prinsipnya kalo tempat makan rame berarti enak!, hehehe.
Niat
eksplorasi Ubud pun berlangsung keesokan harinya. Sejak pukul 4 pagi saya sudah
bergerak menuju kawasan Tegallalang. Untuk menikmati hamparan padi dengan tanah
berundak yang sangat cameragenic!.
Usai memuaskan pandangan mata di hamparan padi saya bergerak menuju
kawasan pemandian suci – Tirta Empul dan
juga melalui bagian depan istana
Tampaksiring. Hari beranjak terang. Saya menyempatkan tandang ke sebuah museum
yang sejak dulu saya ingin kunjungi. Museum Blanco. Menyimak secara langsung
karya seni yang ada dalam museum Blanco membuat saya tak henti berdecak
kagum. Sebagai penggemar tandang ke
museum, tak terasa dua jam berlalu.
Usai
memuaskan pandangan mata dan jiwa menikmati maha karya Blanco saya menuju pasar
seni tradisional Ubud yang begitu tersohor dengan beragam kerajinan tangan
tersebut. Meski begitu, saya tidak membeli apapun di art market Ubud ini, malah
mendatangi penjaja kue-kue tradisional dan makanan khas Bali yang berbaris
rapih di bagian dalam pasar. Blusukan ke
pasar tradisional itu, seru lho!.
OBROLAN PENGLIPURAN
Jelang
tengah siang, saya bergegas menuju penginapan dan mengemas barang bawaan untuk
menuju spot kunjungan berikutnya. Karangasem.
Meski
kerap ke Bali. Tapi belum sekalipun saya mendatangi kawasan Karangasem. Dan
berdasarkan pencarian di sosial media, kawasan Karangasem Bali punya banyak
spot menarik yang layak di kunjungi langsung. Tapi sebelum menuju Karangasem,
saya menyempatkan diri tandang ke desa wisata Penglipuran yang terletak di
kawasan Bangil.
Tujuan
awal ke desa Penglipuran tentu ingin mendapatkan photo-photo kece seperti yang
marak terpampang di sosmed. Meski tak
semudah kenyataannya. Untuk mendapatkan photo berlatar rumah rumah bersusun
rapih dalam desa Penglipuran, pengunjung wajib rela antri dengan pengunjung
lain. Belum termasuk wujud pengunjung lain di kejauhan yang mengganggu frame
photo. Sembari menunggu antri dan
pengunjung lain beranjak pulang, ada baiknya bersantai sejenak di warung-warung
yang ada di setiap rumah dalam kawasan desa Penglipuran. Seperti yang saya
lakukan siang itu. Makan siang dan bersantai disalah satu rumah yang dipenuhi
beragam tumbuhan bunga nan asri. Yang menarik, saya justru mendapati sebuah
bangunan rumah yang telah berumur
ratusan tahun. Sebuah bangunan kecil dari kayu dengan ukuran pintu hanya
seukuran tubuh manusia dan sebuah ranjang dan lemari kayu kecil dibagian
dalamnya. Dan mengalirkan obrolan
seputar bangunan rumah tersebut yang
sarat sejarah dengan si empunya rumah disela suasana makan siang saya.
Banyak bocor!!. mau photo kece harap antri dengan pengunjung lain yaaa.... |
TAMAN UJUNG DAN TIRTA GANGGA
Saya
pun melanjutkan perjalanan usai makan siang dengan bonus kisah bangunan
bersejarah dan kesempatan photo berlatar rumah-rumah berjajar rapih dalam desa
Penglipuran. Kawasan Karangasem adalah tujuan terakhir dari motoran saya di
Bali kali ini. Sebelum hari beranjak
semakin sore dan segera gelap. Saya manfaatkan waktu menuju Taman Ujung. Kunjungan saya ke Taman Ujung untuk memuaskan rasa
ingin tahu saya. Mengingat Taman Ujung telah jadi sebuah destinasi kunjungan
dan spot photo yang begitu marak di sosial media. Tapi lagi lagi, pengunjung harus siap antri
saat mengabadikan moment di beberapa spot menarik di Taman Ujung. Secara,
banyak yang minat photo beragam gaya hingga beragam baju endorse di lokasi
ini!,hahaha.
Memanfaatkan
waktu sore, saya bergegas membawa sepeda motor menuju Tirta Gangga. Kawasan
pura yang tak kalah menarik untuk diabadikan.
Untuk memuaskan hasrat ingintahu, tentu Tirta Gangga adalah spot wisata menarik di Karangasem yang wajib saya
datangi meski lagi-lagi kesabaran di uji saat ingin mengabadikan diri di spot
menarik dalam kawasan pura.
mau photo bagus disini, Wajib Ngantri yaaa |
KESAMPAIAN KE PURA LEMPUYANG
Pukul
4 pagi saya bergegas menuju Pura Lempuyang usai bermalam di sebuah homestay di
kawasan Amlapura – Karangasem. Sengaja
bermalam di kawasan Amlapura yang tak terlalu ramai agar tak terlampau jauh
saat akses menuju Pura Lempuyang.
Sebenarnya,
keinginan saya mendatangi Pura Lempuyang bukan karena bentuk pura semata,
melainkan sebuah keinginan menikmati kopi hangat berlatar Gunung Agung!.
Hahaha. Momen seruput kopi yang istimewa
bukan?, hehehe. Setelah 40 menit mengendari sepeda motor dengan cuaca pagi nan
dingin plus beberapa kalil salah arah, akhirnya saya tiba di titik dimana Pura
Lempuyang berada. Melihat bangunan pura dan gugusan gunung Agung sebagai
latarnya adalah sesuatu yang istimewa. Pagi yang bernilai bagi saya. Sama dengan perjalanan di Bali yang saya
lakoni dengan motoran. Sungguh berkesan. Jalan sendirian. Mengandalkan Google
Map dan GPS (Gunakan Penduduk Setempat) alias tanya-tanya warga di sepanjang
jalan bila merasa bingung. Termasuk menemukan hal hal menarik disepanjang jalan
yang saya lalui. Uraian kisah seru yang
belum tentu saya dapatkan bila mengendarai mobil atau bis dalam group tour.
Tiga hari motoran penuh kesan, sebelum saya kembali ke kawasan Kuta untuk
aktivitas lainnya.
Akhirnya kesampaian, Ngopi berlatar Gunung Agung! Check! |
Noted ; Kelak akan ada uraian kisah tersendiri
berkenaan dengan setiap spot menarik yang telah saya uraikan diatas.
Aku belum pernah motoran kalau main di Bali. Setelah tak pikir-pikir, seru juga kayaknya. Motoran kayak Ratna-Galih jaman baheula hahaha
BalasHapushehehehe bisa di coba mbaaa... sesama KLan Indra , mba Evi juga wajib coba lhooo...
HapusOm, dari restoran di Tegalang itu bisa terbangin drone atau tidak?
BalasHapusNaik motor ke pura lempuyang? Apa tidak bahaya ya karena rute jalan yg berkelok2..?
BalasHapusNaik motor ke pura lempuyang? Apa tidak bahaya ya karena rute jalan yg berkelok2..?
BalasHapus