Apa yang terlintas di benak bila di ajak tandang ke sebuah Goa?.
Seram?, gelap?, menakutkan?. Yup, semuanya terfikir oleh saya.
Tapi tidak
dengan Goa Kreo, Semarang.
|
sebagian tampilan Waduk Jatibarang |
Tidaklah saya menolak ketika mas Anton dan rekan-rekan sepakat untuk
tandang ke Goa Kreo di kota Semarang. Meski
sebelumnya, ada beberapa pilihan spot menarik untuk dikunjungi yang terjadi
dalam diskusi sejak kali pertama kami berkumpul dalam rangka Festival Drumblek
Kendal. Jadilah pagi itu, saya yang masih tersungut-sungut berupaya
mengumpulkan segenap nyawa dan jiwa raga untuk ikutserta dalam rombongan. Tak tanggung-tanggung,
jam 4 pagi buta kami telah bersiap menunggu driver yang telah sepakat sejak
semalam. Meski beberapa puluh menit sang
driver tak kunjung datang dan ponselnya tak dapat dihubungi. Alhasil 2 mobil
yang kami pesan melalui aplikasi online lah yang mengantarkan kami menuju Goa
Kreo.
Kelar babak drama nunggu driver ternyata bukan akhir dari drama pagi kami
kala itu. Sang juru kemudi ternyata tak begitu tahu persis letak dari Goa Kreo.
Sedang aplikasi peta yang kami akses melalui ponsel pun tidak sepenuhnya
mengarah pada lokasi Goa yang kami maksud. Malah mengarah pada semak belukar
persis dekat kawasan pabrik-pabrik!. Setelah beberapa kali berputar mengikuti
jalan akhirnya dua mobil yang kami tumpangi tiba di bagian depan dari Goa Kreo. Agar
tidak sulit menghubungi kendaraan, si driver yang mengantarkan kami berkenan
menunggu dan kelak mengantarkan kami kembali dengan bayaran double. Okelah!.
|
Tugu Kera dan uraian kisah singkat kawasan Goa Kreo menyambut kehadiran pengunjung |
Pesona matahari terbit yang kami harapkan dapat menjadi moment menarik
saat berada di Goa Kreo tinggalkan kenangan. Hari beranjak terang benderang dan
posisi matahari justru berada di balik perbukitan membelakangi letak dari
kawasan Goa Kreo. Okelah!. Lupakan sunrise moment, mari nikmati saja Goa Kreo.
Saat kami datang, kawasan Goa Kreo
masih sepi kunjungan. Belum ada penjagaan di bagian tiket masuk. Hanya ada beebrapa pekerja yang membersihkan
pekarangan dan kawasan wisata Goa Kreo. Jadilah kami diperkenankan oleh petugas
kebersihan masuk saja tanpa perlu bayar. Mayanlah
yaaa… hahaha. Mulai lah, Mas Anton dan rekan-rekan menyiapkan pesawat drone
– senjata andalan mereka dalam mengabadikan moment kunjungan. Hanya saya yang
tak main drone, karena cuma saya satu-satuunya travel writer dengan kamera
sederhana diantara para master drone tersebut. Baeklah!.
|
kawasan depan yang begitu rapih dan bersih terjaga. Bikin betah berlama-lama. |
LINGKUNGAN GOA KREO YANG TERJAGA
Berdasarkan penjelasan sejarah singkat yang saya simak di lokasi, Goa
Kreo dipercaya sebagai lokasi tujuan Sunan Kalijaga kala mencari kayu jati
untuk membangun Masjid Agung Demak. Menurut legenda, saat proses Sunan Kalijaga
mencari kayu tersebut bertemu dengan sekumpulan kera yang kemudian diperintah
Sunan menjaga kayu jati. Kata Kreo berasal dari kata Mangreho yang bermakna
peliharalah atau jagalah. Kata inilah yang kemudian menjadikan goa disebut Goa
Kreo dan sejak itu pula kumpulan kera yang menghuni kawasan ini dianggap
sebagai penunggu.
“Trus mana Kera nya?” tanya saya pada beberapa rekan.
Belum sempat rekan berucap, beberapa kera dengan cepat menghampiri kami.
Saking cepatnya, beberapa kera mendekat ke mesin pengendali pesawat drone
termasuk mendekati saya yang sedang bersiap membidik kehadiran mereka dengan
kamera ponsel. Puluhan kera mendekati
kami. Bergaya sesuka mereka. Dan kami pun senang mengabadikan tingkah polah si
kera. Jadi hiburan pagi yang menyenangkan.
|
bisa jadi mereka sepasang suami istri... |
|
salah satu pengurus yang rutin memberikan makanan bagi kera kera di Goa Kreo |
|
sarapan pagi di tepi Waduk |
“Trus mana Goa nya?” tanya saya lagi ke rekan-rekan.
“Lewati jembatan itu. Letak goa nya di ujung jalan setelah jembatan.” Jelas
mas Andre yang masih tekun mengoperasikan pesawat drone nya.
Berjalanlah saya sendiri meniti puluhan anak tangga mendekati letak
sebuah jembatan yang menghubungkan letak daratan dimana kami berada dengan
sebuah kawasan yang berada di ujung danau yang bersinggungan dengan waduk
Jatibarang. Sebuah Waduk yang berfungsi sebagai pengendali banjir di kota
Semarang dan menjaga ketersediaan air minum hingga sebagai pembangkit tenaga
listrik.
|
Jembatan yang menghubungkan ke letak Goa Kreo ini sungguh Instagramable yaa... |
|
jalan titian yang memudahkan pengunjung ke lokasi Goa Kreo |
Tak ada satu pengunjung pun yang saya jumpai dalam perjalanan saya menuju
posisi Goa Kreo. Sesekali saya melempar
pandangan ke bentangan waduk yang luas dan begitu tenang pagi itu. Beruntung
juga tandang ke kawasan wisata saat tak ada pengunjung lain. Meski denyut jantung
berdetak kencang kala langkah kaki semakin mendekati Goa Kreo. Tetiba takut!.
Seperti bentuk goa pada umumnya. Lekuk bebatuan bagai pahatan
menghadirkan pesona tersendiri. Menariknya, bentuk Goa Kreo begitu terjaga.
Jauh dari kesan goa goa yang nampak menyeramkan dan terkesan angker. Jalan penghubung hingga sisi depan mulut goa
begitu bersih terjaga. Wajah goa pun nampak terawat. Meski saya tak kuasa mendekat lebih dalam. Manalah
saya berani sendirian masuk ke bagian dalam goa, hahaha!. Tetiba terlintas goa dalam film-film horror. Auto bergidik!.
|
akses jalan menuju Goa Kreo yang nyaman, aman dan photogenic |
|
tampilan depan mulut Goa Kreo yang bersih dan terjaga rapih. |
Usai menyimak dari dekat bentuk Goa Kreo saya pun melangkahkan kaki
ketika merasa bulir air menetesi pundak. Hujan kala pagi segera menghampiri,
fikir saya. Meski kemudian saya tersadar bahwa tak ada hujan ketika melihat suasana di sekitar waduk yang
tenang.
Sial!!!, ternyata saya terkena tetesan air yang berasal dari air kencing
beberapa kera yang bertengger di dahan pohon tepat diatas badan saya.
|
bentuk mulut Goa yang sempat saya abadikan. Pinginnya lebih dekat dan lihat bagian dalam, tapi saya terlanjur ketakutan!! wkwkwkwkw |
|
The Genks Pencari Sunrise yang Gagal Total...mayan ketemu kera kera di Goa Kreo |
Kawasan Goa Kreo yang terletak di
dukuh Talun Kacang, desa Kandri, kecamatan Gunungpati, merupakan destinasi
wisata yang menyenangkan untuk di kunjungi bila kamu sedang ke Semarang. Terlebih
bagi kamu penyuka wisata dengan nilai sejarah dan kisah legenda. Menurut
petugas kebersihan yang saya tanyai, pada waktu tertentu dalam kawasan Goa Kreo
kerap berlangsung kunjungan yang bersifat ritual budaya. Berada
di Goa Kreo yang buka setiap hari dengan tiket Rp.4.500 per orang ini seperti
menyimak jajak sejarah Sunan Kalijaga sekaligus pesona alam dengan bentangan
yang memukau. Bila punya waktu kunjungan yang cukup banyak, sempatkan
berjalan ke arah utara dari letak Goa Kreo. Pengunjung dapat melihat air terjun
yang berasal dari berbagai sumber mata air yang jernih dan tidak kering meski
musim kemarau sekalipun.
0 comments :
Posting Komentar