…“Alone We can do so little, together
We can do so much”…
Untaian
kata penuh makna Helen Keller tersebut begitu terbukti. Bukan sekedar kata yang
memotivasi diri tetapi mampu menyemangati seluruh personal dalam sebuah
tim. Maka makna kalimat Helen Keller
tersebutlah yang sekiranya pantas menggambarkan pelaksanaan dari program Seribu Seragam untuk
anak-anak Banten besutan All Community For Humanity (ACFH).
Banner Promo Gelaran pada awalnya, 200 paket Seragam Sekolah. |
Setelah
program penyaluran bencana bagi korban terdampak tsunami Selat Sunda di wilayah
Banten dan kawasan Pesisir Lampung
Selatan terlaksana secara serentak pada pertengahan Januari 2019 lalu, All
Community For Humanity (ACFH) kembali bergerak untuk berbuat sesuatu bagi para
penyintas. Mas Anton sebagai penggawa ACFH mengusulkan untuk program bantuan
yang menyentuh dunia pendidikan. Akhirnya disepakatilah bantuan berupa seragam
sekolah bagi anak-anak Sekolah Dasar yang berada dalam kawasan terdampak
bencana di Banten.
Penyebarluasan
informasi pun di lakukan serentak usai kesepakatan akan tajuk program dan
pelaksanaan gelaran. Tanggal 23-24
Februari 2019 adalah waktu yang di pilih untuk pelaksanaan program bantuan
seragam untuk anak-anak di Banten tersebut. Target 200 seragam sekolah merupakan
acuan awal untuk para donatur. Penetapan angka 200 seragam pun di lakukan
mengingat jarak pelaksanaan program yang terbilang dekat dari gelaran
sebelumnya. Hanya ada waktu 1,5 bulan bagi segenap tim dalam All Community For Humanity untuk
mengumpulkan donasi sebanyak-banyaknya agar target 200 seragam anak sekolah
terpenuhi.
Seiring
waktu, seluruh komponen dalam tim ACFH pun bergerak menyebarkan informasi
gelaran pada semua pihak. Tak heran bila lapak media sosial seluruh tim ACFH
selalu diwarnai dengan promo gelaran Seragam Sekolah Anak Banten. Tak sebatas partisipasi aktif dari seluruh
komunitas drone yang terhimpun melalui komando mas Anton tetapi kemudian
melibatkan GA.Circle – komunitas besutan
para pekerja di Garuda Indonesia. Keterlibatan GA.Circle dalam gelaran ACFH
berkat saran kak Kent yang merupakan
bagian dari ACFH dan juga GA.Circle. Kolaborasi positif pun terjadi.
Semakin
meluasnya pemberitaan ternyata semakin menguntungkan bagi pelaksanaan program.
Terbukti program pengumpulan seragam untuk anak sekolah di Banten mendapat
dukungan dari Backs Apparel. Adalah mas
Taufik – pemilik dari Backs Apparel menghubungi mba Tati dan menyerahkan 20
karung berisi seragam sekolah bukan hanya seragam SD tapi terdapat juga seragam
SMP, SMA hingga Madrasah. Dan setelah di hitung total dari 20 karung pemberian mas
Taufik terdapat lebih dari 900-an potong seragam. Sehingga terkumpullah 1.200 seragam untuk anak
SD, SMP, SMA dan Madrasah yang terhimpun dari Tim ACFH, GA.Circle, Komunitas
Drone, Backs Apparel dan beberapa donatur lainnya.
Terbukti,
bila kita berkolaborasi segala sesuatu akan semakin lebih berarti.
TANDANG 4 LOKASI DALAM 1 HARI
Tiba
waktu pelaksanaan, seluruh relawan yang terlibat dalam gelaran pun berkumpul. Beberapa rekan dari GA.Circle datang bersama
kak Kent pada 22 Februari malam. Termasuk saya dan Derry. Kediaman mba Tati di Cilegon jadi basecamp
bermalam seluruh team sebelum menuju lokasi acara pada keesokan paginya.
Briefing
persiapan dan pembagian tugas pun berlangsung setelah seluruh relawan yang
terlibat berkumpul. Rekan-rekan GA Circle yang hadir bukan sekedar membawa
donasi tetapi juga berkenan menjadi relawan dalam gelaran kali ini. SD Negeri 2 Caringin adalah tujuan pertama kami menyerahkan seragam
sekolah. Selain menyerahkan seragam
sekolah, rekan-rekan GA Circle pun memberi beberapa kegiatan edukasi pada
anak-anak SD 2 Caringin melalui beberapa permainan hingga aksi pungut sampah
bersama. Jaka dan rekan-rekan GA.Circle
sungguh piawai mengendalikan anak-anak.
Permainan edukasi |
Selain
SD Negeri 2 Caringin, pemberian bantuan seragam sekolah juga berlangsung di SD
Negeri Teluk 3 yang terletak di jalan Karet, desa Teluk kecamatan Labuan –
Pandeglang. Di sekolah ini terdapat
banyak anak-anak yang merupakan korban dari bencana tsunami. Saya sempat
tercekat haru saat berkenalan langsung dengan kakak dan adik yang selamat dari
bencana tsunami meski kehilangan kedua orang tua mereka.
Beranjak
siang, kunjungan ke Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Diniyah Awaliyah
(MDA) Mathlaul Anwar yang berada satu gedung di jalan Perikanan 1 desa Teluk,
Labuan – Pandeglang jadi lokasi ketiga kami menyalurkan bantuan. Di lokasi ini
kami tak hanya menyapa seluruh siswa dan membagikan seragam saja tetapi juga
memberikan buku Iqra, peci dan kerudung pemberian donatur untuk para siswa
siswi Madrasah.
penyerahan bantuan di MI dan MDA Mathlaul Anwar. |
Usai
makan siang dengan hidangan laut nan lezat, kami sempat kumpul di teras masjid untuk
menyortir baju seragam sebelum sebagian rombongan menuju desa Sumur. Karena ada
sebagian dari tim GA.Circle yang tidak mengikuti pelaksanaan kegiatan di hari
kedua karena harus kembali ke rutinitas di Jakarta. Perjalanan menuju desa
Sumur memakan waktu 2 jam. Melalui kawasan Tanjung Lesung dan beberapa
pemukiman warga yang terkena dampak tsunami Selat Sunda. Miris rasanya melihat
kawasan yang dahulu terkenal dengan ramainya para pelancong tersebut, kini mendadak
sepi dan menyisakan kerusakan bangunan. Suasana lengang pun nampak sepanjang
perjalanan yang kami lalui menuju kawasan desa Sumur.
Usai
menaklukkan badan jalan nan aduhai plus sepi tanpa penghuni, kami tiba di desa
Sumur. Sore itu kami langsung tandang ke
SD Negeri Sumberjaya 1 jalan Raya Pulau Uamng Resort Kampung Sumur – desa Sumberjaya,
kecamatan Sumur – Pandeglang. Meski
aktivitas belajar mengajar telah usai, namun kami masih bertemu puluhan siswa
siswi yang masih berkegiatan di dalam bangunan sekolah. Sempat berinteraksi dengan anak-anak termasuk
memberikan beberapa makanan dan susu UHT pemberian donatur sebelum pemberian
bantuan yang di serahkan simbolis pada pengurus sekolah. Senja menyapa kami di desa Sumur. Terlihatlah
runtuhan bangunan akibat sapaan tsunami. Pemukiman warga yang bersinggungan
langsung dengan bibir pantai tersebut kini rata tanpa sisa. Tak sanggup rasanya membayangkan kala
peristiwa itu terjadi.
MENGENAL UJUNG KULON
pembagian susu UHT di desa Sumur. |
Senja
beranjak gelap saat kendaraan yang kami tumpangi
melaju di antara beragam tipe badan jalan ; berlubang, berlumpur, berkerikil, hingga
jenis jalan bak areal persawahan. Lengkap!. Puas rasanya menikmati sajian jalan
dari pemerintah daerah Pandeglang – Banten. Sama puasnya dengan menyantap
sajian hidangan laut nan lezat. Usai jarak tempuh 2 jam dari kawasan Sumur kami
tiba di desa Pendey. Tujuan kami ke desa
Pendey adalah untuk bermalam di rumah Sersan Gonon sebelum menuju kampung
Cimenteng yang menjadi lokasi penyerahan bantuan terakhir pada esok hari.
Begitu baik Sersan Gonon dan Istri yang berkenan kediamannya ditempati oleh
kami. Termasuk memberikan kesempatan pada saya dan teman-teman menggunakan
dapur untuk masak hidangan makan malam kami. Yup, saya sempat memasak pindang simba dan cumi rica-rica setelah segala
bahan bakunya di beli oleh mba Baiti dan kawan-kawan di pasar Sumur. Soal rasa
masakan saya?, yaaa lumayan laah… hahaha.
pembagian bantuan pada anak-anak di kampung Cimenteng |
Melengkapi
pelaksanaan program Seragam Semangat Anak Banten, kami mengunjungi kampung
Cimenteng, desa Taman Jaya di hari kedua. Kampung Cimenteng adalah salah satu
desa yang dekat dengan lokasi Taman Nasional Ujung Kulon. Tak terbanyang bisa menjejakkan kaki di area
Ujung Kulon setelah sekian tahun hanya mengetahuinya dari buku sejarah. Di
kampung Cimenteng, kami tak hanya memberikan seragam sekolah pada anak-anak SD,
SMP dan SMA saja tetapi juga memberikan beragam bahan makanan, susu UHT, mainan
anak, buku bacaan anak hingga sembako bagi ibu-ibu yang berasal dari beragam
donatur.
penyerahan seragam pada anak anak di kampung Cimenteng |
kebersamaan di kampung Cimenteng |
Sungguh
kebahagiaan bagi kami para relawan kala melihat wajah polos anak-anak dengan
senyum yang mereka pancarkan. Hilang rasanya lelah menyusuri jalan berkendara
ratusan kilometer selama berjam-jam. Antusias dan senyum mengembang dari setiap
wajah yang kami temui adalah bayaran tertinggi dari kesediaan diri sebagai
relawan. Semoga setiap personal yang
terlibat terus di beri kekuatan dan kesehatan oleh sang Pencipta agar mampu menjadi
bagian dari upaya meringankan beban kesedihan para penyintas. Dan semoga, bencana
tak lagi menyapa semesta.
Luar biasa om indra tulisannya dan salut untuk om indra yg telah menjadi relawan kemanusiaan blm tentu semua org bisa apa yg om indra lakukan, bravo..
BalasHapusmakasih mas ZuL yang juga berkenan jadi bagian dari gelaran di Banten kali ini ... salut juga pada mas Zul...
HapusInspiring kakkk
BalasHapusterima kasih mas Anton baek dan super inspiring Kece Bana Bana
Hapuskece bana
BalasHapus