Apa
yang pertama kali terlintas di benak bila kamu mendengar kata Gresik ?. Semen
Gresik ?, Petrokimia Gresik ?, Sunan Gresik? Atau pabrik-pabrik?.
Yup!,
tak jauh beda dengan apa yang terjadi pada saya. Beberapa kata di atas adalah
sesuatu yang lekat di ingatan saya ketika mendengar kata Gresik. Saya pun
mencari tahu mengenai akses hingga penginapan di Gresik beberapa pekan jelang
keberangkatan menuju Gresik. Terlebih kunjungan ke Gresik bukan soal pelesiran
semata. Tetapi misi menghadiri undangan test jelang penerimaan santri baru di
Pondok Pesantren Al Furqon, Sidayu – Gresik. Eiittss,
tenang, yang mau jadi santri bukan saya, hahaha.
Tapi putera sulung saya.
Alun Alun Gresik nan tenang. |
PERJALANAN BANDAR LAMPUNG – GRESIK.
Saya
dan Abang – putera Sulung saya telah memulai perjalanan malam dengan menumpang
bus damri dari Bandar Lampung menuju Gambir, Jakarta sebelum kemudian
meneruskan tujuan ke Bandara Soekarno Hatta dengan Airport Bus. Tiket pesawat
dengan harga yang terjangkau telah saya pesan jauh hari begitu undangan
pelaksanaan test di terima. Segala persiapan jelang ujian masuk pun tinggal
pelaksanaan.
Sebenarnya,
ketika tiba di Bandara Juanda – Surabaya, saya dan Abang sepakat untuk naik
Airport Bus menuju Gresik sebelum kemudian menuju Sidayu dimana lokasi Pondok
Pesantren Al Furqon berada. Tapi berkat kebaikan hati mas Andre, sahabat saya dalam
komunitas 'All Community For Humanity' yang tinggal di Surabaya menjemput kami di Bandara bahkan berkenan mengantarkan saya dan Abang langsung ke lokasi Pondok
Pesanteran Al Furqon. Malah mas Andre sempat mentraktir kami menikmati Iga
Penyet. Alhamdulilah. Makasih mas Andre yang baek dan selalu kece bana
bana!. Rotik!!, hahaha.
Mas Andre yang baek nan kece bana bana!!!. |
PESONA KOTA SANTRI
...”rame banged, ya Bang ?” bisik saya ke
anak bujang saat kami tiba di bagian depan dari kawasan Pondok Pesantren. Kami datang saat waktu shalat Maghrib tiba.
Ratusan santri memenuhi bangunan masjid hingga koridor luas yang terbentang di
bagian belakang masjid. Saya dan Abang bergegas kebagian belakang. Menaruh tas
ransel bawaan kami dan langsung mengambil wudhu sebelum ikut dalam barisan
makmum.
Usai
tiga rakaat waktu Maghrib, saya melemparkan pandangan ke sekitar kawasan
masjid. Padat para ikhwan. Melafaskan
ayat suci Al Quran adalah aktivitas lanjutan para ikhwan usai berjamaah. Saya
beranjak mendekati barang bawaan yang sempat saya dan Abang taruh di rak
belakang. Mata saya memandangi kawasan
masjid hingga melihat langsung bangunan Al Furqon secara keseluruhan dalam
remang senja kala itu. Setiap santri
yang berpapasan dengan saya menganggukkan kepala sebagai tanda hormat hingga
melempar senyum. Sungguh indah tata karma mereka menyambut tamu. Ingin tahu
lebih lanjut soal Pondok Pesantren Al Furqon bisa klik disini.
Kami di arahkan penjaga pondok ke sebuah ruang belajar yang di tata
sebagai tempat bermalam para santri dan wali santri sebelum esok
pagi mengikuti serangkaian tahap ujian masuk. Mengisi waktu malam, lepas Isya,
saya berbincang akrab dengan beberapa wali santri yang ternyata datang dari
berbagai kota di Indonesia. Dari ragam perbincangan saya mendapat informasi
bahwa di Gresik terdapat banyak pondok-pondok pesantren dan institusi pendidikan
berbasis agama Islam. Hal tersebut di
dasari oleh perkembangan agama Islam
di tanah Jawa yang telah ada sejak awal abad ke 11. Saat kehadiran Syech
Maulana Malik Ibrahim dan Fatimah Binti Maimun sebagai pembawa dan penyebar
ajaran Islam di dataran Jawa kala Gresik kerap dikunjungi pedagang dari Cina, Arab hingga Gujarat.
Melalui
obrolan bersama para wali santri, saya semakin yakin akan pendidikan yang di
pilih oleh putera Sulung saya tersebut. Menjadi santri pada Pondok Pesantren Al
Furqon memang menjadi pilihan si Abang. Semoga ia senantiasa Istiqomah. Amin.
Abang, seusai melaksanakan test. Semoga hasilnya seindah senyumnya. |
KAMPUNG KEMASAN, ALUN ALUN DAN KULINERAN.
Pelaksanaan
ujian masuk santri baru pun berlangsung lancar. Tak sia-sia mengantri sejak pagi. Nomor
antrian 3 yang di dapat Abang membuat ia dapat menjalani test lebih awal
sehingga selesai lebih cepat. Ada gunanya juga bermalam di dalam lingkungan
Pondok Pesantren.
Karena
pelaksanaan test yang tergolong cepat dan waktu masih pagi, maka saya
menawarkan pada Abang untuk sejenak menikmati kota Gresik sebelum menunggu
penerbangan di Bandara Juanda di sore hari.
“Ada
mobil rental yang bisa antar kita berdua langsung ke Bandara dengan biaya
Rp.130.000/orang tapi kita bakal lama
menunggu di Bandara. Atau dengan biaya sama tapi kita main-main dulu di
Alun-alun Gresik, main ke kampung tua, lihat tengah kota plus icip-icip kuliner
Gresik. Abang pilih mana?” urai saya pada Abang.
“jalan-
jalan aja dulu.” jawab Abang tanpa jeda lama.
Well, hobi Bapak dan Anak emang gak beda jauh lah yaa… hehehe.
Kemon Genks!!!.
Kemon Genks!!!.
Masjid Jami' Gresik dekat Alun Alun. |
Tujuan
pertama kami adalah ke kawasan wisata kota tua di Gresik. Tepatnya Kampung
Kemasan yang berada di jalan Nyi Ageng Arem Arem, Kemuteran, Pekelingan, Gresik. Menumpang mobil ojol ke lokasi ini dari
kawasan Manyar setelah merasakan bis umum dari alun alun Sidayu. Tiba di
kawasan Kampung Kemasan, pandangan mata di manjakan oleh bangunan-bangunan
bergaya Belanda dan Tiongkok dengan arsitektur nan khas bertema Indische Empire Style yang popular di
abad ke-19. Sebagian bangunan masih terawat bersih, meski sebagian lagi
terlihat kusam seiring zaman. Saya dan
Abang memandangi dengan lekat setiap bangunan yang kami lalui usai melewati
gapura Kampung Kemasan yang sederhana lalu menyusuri lorong jalan berhias bangunan-bangunan lampau di kiri dan
kanannya.
Gerbang Kemasan siap menyambut pengunjung. |
jalan yang menyajikan bangunan banguna bergaya lampau. |
Salah satu bangunan dengan pengaruh Belanda dan Tiongkok. |
Bangunan-bangunan
bergaya khas dalam kawasan Kampung Kemasan merupakan milik para pedagang dan
saudagar kaya raya di masa kejayaan jual beli di Gresik sebelum kemudian berpindah
ke pelabuhuan Tanjung Perak di tahun 1911.
Terselip nama penghuni di setiap bagian depan bangunan. Sehingga
memudahkan pengunjung mengetahui pemilik hingga silsilah keluarga yang
menempati bangunan tersebut. Penyebutan nama Kemasan pada kawasan perkampungan berasal
dari perajin emas bernama Bak Liong yang kualitas kerajinan perhiasan emas
karyanya mampu menarik minat banyak pengunjung tandang ke kawasan kampung.
di sebut Rumah Gajah Mungkur. |
Ku minta Anak Bujang bergaya depan bangunan rumah Gajah Mungkur. |
Usai
memuaskan pandangan mata dan photo-photo di Kampung Kemasan, saya dan Abang berjalan
kaki menuju Alun Alun sembari melalui pasar baru Gresik. Biasa, penyuka pasar
tradisional wajib rasanya blusukan sesaat untuk sekedar beli jajanan pasar.
Butuh
melangkah sekitar 500 meter dari kawasan pasar sebelum tiba di Alun Alun Gresik
yang jaraknya berseberangan dengan Masjid Jami’ Gresik dan konon baru saja di resmikan pada Maret 2019
setelah 2 tahun sebelumnya di renovasi. Saya tak tahu persis seperti apa bentuk
Alun Alun Gresik sebelumnya. Tapi kesan pertama saat melihat kawasan sekitar Alun
Alun adalah rapih dan bersih. Meski sayang tulisan balok ALUN ALUN terhalang
kawat hingga tidak bisa mengabadikan diri dekat tulisan tersebut. Siang itu
tergolong lengang. Saya dan Abang menyempatkan kulineran sekitar Alun Alun. Untuk
makan siang kami singgah sesaat di warung Soto yang bersebelahan dengan Nasi
Kramu – kuliner khas Gresik yang tersaji berupa nasi pulen terbungkus daun
pisang dengan irisan daging sapi, semur daging, jeroan, sambal dan taburan
serundeng diatasnya. Maknyuusss!!!.
arsitektur yang menarik |
sayang tulisan ALLUN ALUN GRESIK tertutup kawat kawat. |
MAKAM MAULANA MALIK IBRAHIM
…”ternyata
gak jauh dari sini ada makam Wali Songo lho…”
ucap saya pada Abang setelah saya coba-coba cek lokasi sekitar via Google Map.
“Kesana yok, liat bentar. Mumpung lagi di sini”
ajak saya pada Abang.
Kami
pun melangkah ke bagian utara dari letak Alun Alun. Tepatnya melalui jalan di
bagian kanan dari letak Pendopo. Gapura yang menerangkan kawasan wisata makam
Malik Ibrahim menyambut langkah kaki kami. Bila di
lihat dari rambu yang terpasang, gapura yang kami lalui bukanlah pintu masuk.
Melainkan pintu keluar.
Butuh
melangkah sejauh 200 meter ke letak Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim atau yang
familiar dengan sebutan Sunan Gresik tersebut. Puluhan peziarah terlihat
memadati kawasan pemakaman. Secara pandangan mata, komplek makam tidak terlalu
luas. Terdapat dua bagian utama dari kawasan pemakaman. Pertama bangunan
berbentuk pendopo sebagai tempat utama makam Syekh Maulana Malik Ibrahim pada
makam para ulama lainnya. Sedangkan bangunan lainnya berupa gedung dua lantai
yang berfungsi sebagai ruang pertemuan, kantor pengurus hingga masjid untuk
para peziarah melaksanakan shalat.
peziarah di bangunan joglo berisi makam Syekh Maulana Malik Ibrahim. |
Suasana di makam Syekh Maulana Malik Ibrahim |
Yang
menarik, sebelum memasuki kawasan joglo yang berisi makam Syekh Maulana Malik
Ibrahim peziarah terlihat melewati sebuah gapura yang berukuran tak lebih dari 2
badan orang dewasa. Konon, para peziarah wajib melafaskan salam pada Syekh
Maulana Malik Ibrahim saat melewati pintu tersebut sebagai ucapan selamat
datang di lokasi makam.
Gapura masuk ke bagian Joglo Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim. |
Selain
nisan makam Sunan Gresik atau Syekh Maulana Malik Ibrahim, di dalam bangunan
joglo juga terdapat makam Syayyidah Siti Fatimah dan Syekh Maulana Maghfur yang
merupakan istri dan anak laki-laki dari Maulana Malik Ibrahim. Ketiga makam
tersebut di kelilingi pagar besi.
Karena
tujuan saya dan Abang bukan melakukan ritual berdoa seperti para peziarah, maka
saya dan Abang justru tertarik mendatangi areal pemakaman yang terletak di sisi
dalam. Selain lebih sepi. Bentuk batu
nisan dalam area makam tergolong unik dan menarik untuk di simak. Sebagaimana
keterangan pada bagian depan dari area pemakaman, dalam kawasan yang kami
sambangi terdapat makam Kyai Ngabehi Tumenggung Poesponegoro yang merupakan
Bupati Gresik Kaping I (1688 – 1696).
Gapura menuju letak Makam Bupati pertama Gresik. |
Nuansa Areal Pemakaman. |
Sebenarnya
pingin melakukan eksplorasi lebih berkenaan dengan sejarah Wali Songo dan makam
makam para wali di Gresik. Namun apa daya, waktu kami yang terbatas.
Penerbangan pukul 18.40 telah menunggu.
Usai menengok area pemakaman lengkap dengan menjelajahi jalan sekitar
pemakaman. Kami menuju terminal bus Bunder – Gresik untuk menaiki Airport Bus
menuju Bandara Juanda. Kelak, ada banyak
waktu luang untuk menjajaki pesona wisata dan nilai-nilai sejarah serta religi
di Gresik. Termasuk keinginan untuk tandang ke Bawean via Gresik. Bila putera
Sulung saya di terima menjadi Santri di Al Furqon, Sidayu – Gresik, maka dapat di pastikan akan ada kunjungan
selanjutnya. Semoga.
Aku juga kalau denger Gresik keingetnya semen bang haha. Beda dengan kota semen Baturaja, Gresik ini apik. Bersih banget kalau diliat di foto.
BalasHapusBtw semoga si Abang keterima sekolah di pesantren impian. Amin.
Amiiinnn... makasih doa nya buat Abang yang pengen banged study di Al Furqon.
HapusSmoga ketrima ya bang ,. Sukses sllu buat kak innnn .
BalasHapusthanks broh... sukses juga buat job di Metro yaaa
HapusWaw,ITS amazing! Ni ayah hazel y?
BalasHapusWaw,ITS amazing! Ni ayah hazel y?
BalasHapusAyah nya hazel y
BalasHapus