Setahun
sudah saya menjadikan Kiket Lampung sebagai bagian dari identitas diri. sejak Desember 2016 silam. Dalam perjalanannya, memakai Kiket Lampung
tidak semudah mengenakan topi atau jenis tutup kepala lainnya. Selain masih terbilang
asing, Kiket Lampung tidak begitu familiar bahkan dalam keseharian masyarakat
Lampung saat ini. Tak jarang beberapa orang memandang aneh kearah
saya saat saya mengenakan Kiket Lampung
dalam beberapa acara. Bahkan beberapa rekan kerap berkelakar soal Kiket yang
saya kenakan, “Indra pake Turban ya?...” hehehe.
Kiket Lampung di puncak Pulau Padar - NTT |
Sejak
berjuang mengumpulkan Vote demi menjadi bagian dari kerala Blog Express #KBE musim
ke 4 di penghunjung tahun 2016 lalu, sejak itu pula saya bertekad mengenakan ikat
kepala sebagai bagian dari identitas diri yang nantinya secara konsisten akan
saya pakai saat menjadi bagian dari gelaran acara Kerala Blog Express di India.
Tanjak Jambi, Ikat Sunda dan Kiket Lampung |
MENGENAL JENIS KIKET LAMPUNG
Ada
banyak jenis ikat kepala yang berkembang dalam adat istiadat di Indonesia.
Tengok saja ikat kepala bernama Udeng yang menjadi penanda pria Bali. Atau Ikat
kepala khas Sunda maupun suku baduy yang mudah dikenali. Belum lagi jenis
Tanjak – ikat kepala pria pria Melayu, yang kini berkembang di Jambi, Bengkulu
dan Sumatera Selatan.
Kiket
Lampung atau kerap juga di ucap ‘Kikat Lappung’ merupakan ikat kepala yang
dikenakan oleh pria-pria dalam masyarakat adat Lampung yang penggunaannya
dilakukan dengan cara mengikatkan seutas kain pada kepala. Sejak
dahulu, para pria Lampung telah gemar memakai Kiket. Baik pria Lampung Pepadun
maupun Saibatin. Meski terdapat beberapa jenis Kiket pria Lampung dalam
masyarakat adat Lampung Pepadun, maupun Lampung Saibatin.
“Secara
umum, para pria Lampung dulu senang menggunakan penutup kepala”, ucap Syafril
Yamin atau yang akrab saya sapa ‘Bang Lil’ – sosok seniman dan budayawan
Lampung yang kerap saya jadikan rekan berbincang soal budaya Lampung. “Mengenakan
penutup kepala itu bagian dari budaya”. terang bang Lil pada saya.
Menggunakan
peci adalah hal yang lazim dalam aktivitas keseharian pria Lampung. Meski dalam beberapa kesempatan, menggunakan
peci yang juga simbol agama islam tersebut dianggap tidak etis. Terutama untuk
aktivitas seperti berladang atau kegiatan keseharian yang rentan terhadap hal-hal
yang kurang bersih. Itulah mengapa kemudian para pria Lampung
menggunakan penutup kepala yang mengakar pada budaya masyarakat Lampung, yakni
Kiket.
“Dalam masyarakat Lampung terdapat beberapa
nama dari Kikat atau Kiket.” ungkap Bang Lil. “Ada yang menyebut Kikat, ada
yang menyebut Ketupung atau Tupung” jelas bang Lil kemudian. Dalam
adat Lampung ada beberapa jenis tutup kepala atau kerap juga disebut sebagai
mahkota pria dalam acara adat Lampung. Ada pula Kiket yang khusus digunakan
oleh para Penyimbang, Sultan atau Raja dalam silsilah adat Masyarakat Lampung.
Seperti sebutan Tukus yang dipakai oleh Raja dan Sultan di Sekala Brak –
Lampung Barat. Ada pula Picung yang dipakai oleh Raja di Marga Teluk Betung. Sebutan
Hanuang Bani untuk ikat kepala yang dipakai oleh Raja di Marga Kalianda. Punai Mekhem atau Manuk Mekhem merupakan bentuk penutup kepala yang kerap
dipakai oleh Penyimbang adat Pepadun. Termasuk
penutup kepala yang disebut Peci Bidak yang kerap dipakai oleh
masyarakat Lampung hingga saat ini.
beberapa penutup kepala khas Lampung Saibatin |
Saya dan Sai Batin Buay Bejalan Di Way Selayar Akbar Puspanegara, gelar Suttan Pangeran Raja Jaya Kesuma IV. dan Adiknya (hayal) Ngarep.com |
FILOSOFI KIKET DAN PENUTUP KEPALA PRIA
LAMPUNG
Karena
memiliki keragaman baik bentuk maupun warna, maka jangan heran bila kita akan
melihat keragaman bentuk dan warna baik dari penutup kepala maupun jenis Kiket
para pria Lampung. meski begitu, cukup mudah mengenali perbedaan antara penutup
kepala masyarakat Lampung Pepadun maupun masyarakat Lampung Saibatin.
Pada
umumnya, pria Lampung Pepadun akan mengenakan ikat kepala yang menutupi
keseluruhan kepalanya dengan simpul ikat diletakkan pada bagian belakang dan
bentuk sudut kain terletak jatuh dibagian dahi. Sedangkan pria Lampung Saibatin
cenderung menggunakan ikat kepala yang bentuk sudut kain terletak dibagian
dapan dan menghadap ke atas. Hal ini berkaitan dengan filosofi budaya
masyarakat Lampung pepadun dan Saibatin.
Dalam
masyarakat Lampung Pepadun, Kiket atau penutup kepala berbentuk Manuk Mekhem
atau Punai Mekhem yang mengandung arti burung tidur. Itulah mengapa terdapat ‘benjolan’
pada bagian depan. Persis seperti bagian belakang blangkon pada pria di pulau
Jawa. Sedangkan pria Lampung Pesisir akan mengenakan bentuk Kiket atau penutup
kepala yang menampilkan sudut runcing menghadap ke atas pada bagian depan. Hal ini
kerap disebut Peci Kapal Jukung. Karena menggambarkan bentuk ujung perahu dan terinspirasit dari aktivitas nelayan yang merupakan budaya sebagain besar Lampung
Pesisir atau Saibatin.
Ingin
mengenakan Kiket Lampung, Simak Tutorialnya dalam Youtube Channel saya
berikut, jangan lupa di Subscribe yaaa…hehehe…
KIKET LAMPUNG = IDENTITAS BUDAYA
LAMPUNG
Seiring
waktu, saya semakin sering mengenakan Kiket dalam beragam kesempatan. Meski ada
pula beberapa kesempatan yang tidak memungkinkan untuk saya mengenakan ikat
kepala khas pria Lampung tersebut. Seperti ketika sedang memandu resepsi
pernikahan atau menjadi pengisi acara disuatu acara yang sifatnya resmi dan
ceremonial.
mengenakan Kiket saat jadi pembicara di kampus UNILA |
mengenakan Kiket saat makan malam di sebuah resto di Sabah - Malaysia |
menjajal Ikat Kepala khas Baduy |
Bagi
saya, mengenakan Kiket Lampung itu adalah kebanggaan sebagai pria Lampung.
Sekaligus identitas saya sebagai orang Lampung. Seperti pengalaman saya ketika
menjadi bagian dari event Kerala Blog Express di India awal tahun 2017 silam.
Dengan menggunakan Kiket Lampung membuat saya mudah dikenali dan memiliki ciri khas personal diantara sosok
bongsor para bule bule. Selain itu, menggunakan Kiket Lampung dalam event Kerala Blog Express dapat
menjadi bahan obrolan pembuka saya pada lawan bicara mengenai Lampung
dan budaya Indonesia secara keseluruhan.
karena tampilan Beda, pak Menteri Pariwisata India mengajak saya ber-swa photo |
tetap menggunakan Kiket Lampung dan Baju kain khas Lampung saat farewell party |
Ternyata
kegemaran saya mengenakan Kiket Lampung tak hanya saat event Kerala Blog
Express saja. Dalam beberapa kesempatan selanjutnya, saya terus menggunakan
Kiket Lampung sebagai sebuah kebanggaan dan upaya saya dalam mengenalkan dan
melestarikan budaya asli Lampung. karena
dalam beberapa event, tak sedikit orang yang mengenal bentuk ikat kepala yang
saya kenakan. Itulah sebabnya, dalam
beragam event yang memadai, saya
mengupayakan untuk mengenakan Kiket secara konsisten. Karena jika bukan kita siapa lagi yang akan
mencintai budaya asli daerah. Terlebih
bila sedang keluar negeri. Tak perlu jadi sosok kebarat-barat-an. Cukup kenakan
sesuatu yang merupakan bagian dari kebudayaan asli Indonesia sebagai Identitas
masyarakat Indonesia. Ingat, Your Culture is Your identity!.
Mari
bangga pada Budaya dalam negeri sendiri.
Sekilas aku bacanya kitkat *lalu lapar. :D
BalasHapusMakin keren ajalah Om Indra ini. Promosi budaya sendiri kalau ga dimulai dari kita, dari siapa lagi. Aku baru tau sejarah kiket Lampung ini dari tulisanmu lho Om.
kitkat!? hahahahhahah ...dasar!! yes, aku selalu berfikir untukterus promosi budaya secara langsung dengan terlibat langsung.
HapusSetuju banget, harus bangga dong punya identitas diri apalagi berakar dari budaya yang filosofonya luar biasa. Proud of you, Ndra!
BalasHapusmakasih mba kece lirikan mematikan kesayangan akuuuuu.... thanks for big supports so far...
HapusKlo penitup kepala untuk laki-laki di adat karo namanya bulang-bulang.
BalasHapusBetul om. Jangan dilepas om, kayak bukan om indra klo gk pake kiket. Hehehe
Biar itu jadi ciri om indra. Inget kiket inget om indra 👍
waaahhhhh ini komen yang buat aku berbunga-bunga .... seneng deh di bilang ciri Indra,,,... Inget Kiket inget Indra..hahahahah makasih brohter ..
HapusJalan-jalan dengan menggunakan identitas daerah sendiri selain tampil lebih unik juga membantu mengenalkan budaya kita ke daerah lain. Idenya Babang Indra menggunakan kiket ke mana-mana perlu ditiru nih
BalasHapusMasih belum familiar memang yai. Semoga kedepan dengan makin banyak yang cinta dengan Lampung, membuat budaya2 Lampung yang belum familiar menjadi lebih dikenal. Semoga Lampung menjadi lebih baik lagi. :)
BalasHapusMantap om, informasi yang sangat penting bagi kaum muda jaman sekarang yang mulai melupakan budaya
BalasHapusYai mau tanya saya pemuda Lampung pepadun kalo kiket yg buat pepadun itu yg gimana yai?
BalasHapuskain untuk ukuran kiket berapa meter ya, atau ada yang jual kain nya di Bambu Kuning
BalasHapusbeli kain nya dimana ya
BalasHapusPunai Mekhem atau Manuk Mekhem, sepengetauan saya kata Mekhem dlm bahasa Lampung artinya bukan tidur (pedom) tapi ngeram. Punai Mekhem maksudnya adlh burung Punai yg sedang mengerami telurnya
BalasHapusKiket Lampung memang kereeen ya Indra...Bravo for wearing it most of the time! aku tuh sering bawa Peci kapal Jukung or peci tapis untuk souvenir counterparts pria aku di UN dan di berbagai kedutaan, supaya mereka lebih kenal Lampung dan juga indahnya Indonesia.
BalasHapusSalam rahayu dari Malaysia. Jika bisa, bpk indra tunjukkan mana picung, tukus, Hanuang bani dan punai mekhem.
BalasHapusSalam Rahayu dari Malaysia. Apa bisa bpk Indra tampilkan contoh picung, tukus, hanuang bani dan manuk mekham
BalasHapusthanks for your
BalasHapusinformation very interesting
Blangkon Jawa ya bang
BalasHapusBlangkon Jawa ya bang
BalasHapus