…’Kue
Tat’… begitu banyak orang menyebutnya. Meski penyebutan yang tepat adalah ‘Buak
Tat’. Buak berarti Kue dan ‘Tat’ nama dari kue tersebut. Berdasarkan cerita bang Eka, kata ‘Tat’
sebenarnya berasal dari jenis kue Kaplertat yang dikenalkan Belanda pada masa
penjajahan di bagian Barat dari provinsi Lampung hingga kawasan Bengkulu.
Itulah sebabnya, ada pula kue yang bentuk dan rasanya sama dengan Buak Tat di
Bengkulu atau kawasan lainnya yang berdekatan dengan provinsi Lampung.
Masyarakat di pesisir Lampung kemudian menyebutnya secara praktis menjadi
‘Tat’. Sebenarnya seperti apa Buak Tat itu ?. Mari kita mengenal Buak Tat – Kue
Khas Lampung Barat langsung dari dapur pembuatannya.
Siang
itu, seusai tandang ke peresmian Kebun Raya Liwa, bang Eka membawa saya dan
rekan-rekan lainnya mendatangi tempat pembuatan Buak Tat, setelah beberapa
postingan Bang Endang menyulut rasa penasaran saya untuk melihat langsung
proses pembuatan Buak Tat. Beruntungnya,
siang itu sedang berlangsung proses pembuatan Buak Tat di dapur ‘Dua Putri’ – pembuat
dan penjaja beragam kue kue khas Lampung Barat. Termasuk dapat berjumpa dan
bincang langsung dengan Ibu Hermawati – pemilik dari usaha toko kue ‘Dua
Putri’.
ragam bentuk dari Buak Tat - photo by bang Endang |
CARA MEMBUAT BUAK TAT
Jauh
sebelum tandang ke Dua Putri, saya pribadi telah mengenal Buak Tat, bahkan
termasuk gemar menyantap Buak Tat.
Sajian kue dengan selai nanas dibagian dalamnya. Bahan yang digunakan
untuk membuat Buak Tat tidaklah terlampau sulit. Terdiri dari tepung terigu,
margarine, telur, susu cair dan gula halus.
Tahap pembuatannya dimulai dari mencampur margarine dan gula hingga
lembut. Masukkan telur satu per satu, lalu di kocok. Masukkan tepung terigu dan
susu cair lalu aduk rata. Setelah seluruh adonan tercampur rata dan dapat
dipulung, adonan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama ditaruh didasar
Loyang, lalu diberi selai nanas sebelum kemudian ditutup lagi dengan adonan kedua.
proses pemberian Selai Nanas pada setiap cetakan |
posisi selai nanas pada bentuk Buak Tat loyang kecil kecil |
posisi selai nanas dalam loyang Buak Tat ukuran sedang |
Jadi,
selalu ada sentuhan selai nanas dalam setiap Buak Tat. Nah, selai nanas yang
digunakan pun bukan selai nanas jadi yang tersedia dipasar. Melainkan selai
nanas yang dibuat secara langsung. Sejak nanas diparut dan direbus bersama gula
pasir hingga tercampur rata dan menjadi isian dari adonan Buak Tat. “lezatnya
Buak Tat itu tergantung dari kualitas selai nanasnya juga, itulah kenapa saya
buat selai nanasnya sendiri. Tidak beli jadi dipasar.” ungkap Ibu Hermawati.
Setelah
melalui proses cetak dan pemberian selai, Buak Tat dipanggang di oven dengan
api bawah terlebih dahulu, lalu api atas. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan
aroma yang wangi dan kematangan Buak Tat yang sempurna. “kalau api oven tidak
diatur nanti bisa mutung sebelah” ujar Ibu Hermawati menjelaskan proses
pemanggangan dari Buak Tat pada saya.
Buak Tat Loyang Besar |
Loyang kreasi beragam bentuk dari tampilan Buak Tat |
RAGAM BENTUK BUAK TAT
“Dulu,
Buak Tat itu hidangan wajib ketika Tayuhan (pesta adat) atau pas Lebaran…” urai
Ibu Hermawati menjawab pertanyaan saya soal awal mula Buak Tat. Sesuai perkembangan jaman, Buak Tat dapat
dinikmati oleh siapa saja, tanpa perlu menunggu adanya Tayuhan (pesta adat)
atau Lebaran datang.
Seiring
berjalannya waktu, Buak Tat pun mengalami kreasi dalam bentuk dan wujudnya. Bila
awalnya, Buak Tat hadir dalam bentuk Loyang segi empat atau kotak – atau kerap
disebut Buak Tat Asahan. Kini ada pula bentuk Buak Tat Iwa (Loyang Ikan), Buak
Tat Buttokh (Loyang Bulat) – baik bulat kecil, sedang hingga bulat besar. Bahkan ada pula cetakan Buat Tat berbentuk
Kerang atau Keong. Meski hadir dalam beragam bentuk, tetap saja selai nanas
menjadi isi yang khas dari wujud Buak Tat.
tampilan Buak Tat dan Kue Cucur dalam sebuah acara adat di Lampung Barat |
Buak Tat ukuran bulat kecil - dalam 1 box Mika berjumlah 50 buah seharga Rp.40.000,- |
Buak Tat loyang bulat sedang - Rp.2.000 per buah nya |
Buak Tat bentuk loyang Ikan - perbungkus seharga Rp.20.000,- |
BUAK TAT BUKAN NASTAR!
…”oohh beda, dong!…” sanggah Ibu Hermawati sembari
tersenyum, ketika saya tanya apakah sama antara Buak Tat dengan kue Nastar yang
kini marak dikalangan masyarakat luas. “sesuai aslinya, Buak Tat itu lebih
kering dari kue nastar. Karena proses panggangnya sedikit lebih lama daripada
kue nastar” terang Ibu Hermawati. “tekstur adonan kue nastar cenderung lebih
lembut” ungkap ibu Hermawati lebih lanjut.
Menurut
ibu Hermawati, masyarakat kerap menyamakan citarasa kue nastar dengan Buak Tat
karena ada sentuhan selai nanas dikeduanya. Meski sebenanrnya berbeda dari
tekstur adonan maupun proses masaknya. Nastar cenderung lekas buyar karena
berawal dari adonan yang lebih lembut dari Buak Tat. Sedangkan Buak Tat lebih
kering dan teksturnya bersifat renyah. “makanya, kalo jaman dulu makan Buak Tat itu di iris dari Loyang, terus di
celupkan ke gelas teh hangat” tutur Ibu Hermawati.
ragam bentuk dari Buak Tat - photo by bang Endang |
DUA PUTRI DAN BERAGAM KUE KHAS
LAMPUNG BARAT
Menyimak
penjelasan Ibu Hermawati soal kisah dibalik Buak Tat hingga penuturannya
memulai usaha kecil sejak 10 tahun silam, hingga telah berkembang dan memiliki
karyawan tetap ini, membuat saya semakin bangga akan upaya masyarakat lokal
dalam melestarikan nilai tradisi masyarakat Lampung ditengah gempuran kue-kue
artis yang marak saat ini.
Mengikuti
perkembangan selera pasar, toko kue Dua Putri tak hanya menjajakan Buak Tat
saja. Tetapi juga beragam kue khas
Lampung Barat lainnya, seperti Kumbang Luyang – yang berarti kembang yang
dicetak dan digoyang-goyang digenangan minyak panas saat proses masaknya. Bila umumnya
masyarakat mengenal nama Kembang Goyang, sebenarnya tak berbeda jauh dengan
dari Kumbang Luyang. Citarasa yang ditawarkan pun terdiri dari rasa asin gurih
dan ada pula yang manis.
Selain
Kumbang Luyang, di gerai Dua Putri juga tersedia Kue Cucur khas masyarakat
Lampung dan juga gula aren dengan kualitas prima selain jenis jenis kudapan
lezat karya home industry masyarakat
Lampung Barat. Kini, toko ‘Dua Putri’ menjadi pemasok permintaan Buak Tat dan
jenis kue kue khas lainnya baik dalam jumlah kecil maupun jumlah besar. Bahkan
tak jarang mendapat order untuk acara adat, pernikahan hingga hari raya.
wujud Kumbang Luyang dengan citarasa asin |
proses memasak Kumbang Luyang - photo by bang Endang |
seorang Ibu dengan tekun memasak Kumbang Luyang |
KUALITAS PRIMA DAN HARGA TERJANGKAU
Jadi
jangan lupa, bila ke Liwa – Lampung Barat, singgahlah ke Toko Dua Putri yang
menjual beragam kue khas Lampung Barat. Tepatnya di jalan Raya Wates Pekon
Wates kecamatan Balik Bukit – Liwa – Lampung Barat. Soal harga jangan khawatir.
Buak Tat Loyang persegi empat ynag besar dibandrol dengan harga Rp. 40.000/loyang.
Buak Tat bundar sedang seharga Rp.2.000,- dan berukuran kecil jumlah 50 buah
dalam box mika seharga Rp.40.000,-. Untuk Kumbang Luyang dalam paket bungkusan mulai harga Rp.20.000,-
sedangkan Kue Cucur berkisar harga Rp.20.000,- hingga Rp.40.000,-. Untuk pruduk
gula aren seharga Rp.20.000 per buah.
Buak Tat loyang besar dengan citarasa yang istimewa |
Lihat buak tat yang berbentuk ikan jadi bikin aku ingat sama kue bolu khas Aceh, Mas. Mirip banget penampakannya. Tapi kalau yang di Aceh ya bolu, rasanya agak crispy gitu. Ngga pakai isian apa-apa :).
BalasHapusyesss..aku juga pernah makan yang karya Aceh punya..tapi emang bolu taste yaaa...kalo ini ada isi selai nanas nya ...nanti mba MOlly ke Lampung aku traktir deh...
HapusJejak-jejak Belanda begitu membekas hingga ke soal lidah dan perut
BalasHapusJadi pengen pulang kampung deh
BalasHapusSalam dr Oku Selatan. Tini gham mid Liwa nyecas budak tat 😀😀😀
BalasHapusIni telurnya pakai kuningnya aja atau pakai telur utuh ya?
BalasHapus