Tabla
bertalu menyambut kedatangan kami di halaman hotel sore itu. Setelah sehari penuh
berkegiatan. Sejak pagi meninggalkan kawasan Kochi hingga tiba disebuah
penginapan yang akan kami huni dua hari mendatang, The River Reteat –
Cheruthuruthy, Kerala. Tarian dan musik penyambutan
menjadi sesuatu yang khas setiap tiba disebuah kawasan. Berpadu megah dengan
lagu-lagu maupun penuturan syair khas India yang tak pernah absen dari
pengamatan saya. Sebuah suguhan yang
sangat saya nikmati. Bagaimana tidak, musik dan lagu India itu sudah mendarahdaging
dalam badan ini. Sama halnya dengan musik dangdut!. Dan tak heran bila dalam rangkaian Kerala
Blog Express sesi 4, yang saya alami diawal
tahun 2017 lalu menggenapkan kecintaan saya akan musik dan lagu India dengan
tampil menari bahkan menyanyi di India langsung!.
Beberapa
pria bertubuh tambun dengan tampilan bagai bodyguard
di layar kaca itu pun mengajak kami yang tiba sore itu bergerak mengikuti
irama. Saya dan rekan-rekan tak pernah sungkan untuk sekedar jejingkrakan bila
mendapati musik yang memang asik untuk bergerak. Ya, anggap saja peregangan
ringan usai duduk berjam-jam selama berkendara dengan bis nan khas Kerala Blog
Express.
Baca Juga ; Bis Colorful khas KERALA
pak Gopi menjelaskan pada kami acara yang akan kami ikuti |
Kemudian,
pria gaek berparas bak bintang film India menghampiri kami yang sedang
berkumpul seusai menikmati persembahan tari dan
musik penyambutan sore itu. Bernama GopinathPrayail, begitu ia memperkenalkan diri. Seorang pendiri dari sebuah
komunitas The Blue Younder – suatu komunitas
yang peduli pada penyelamatan lingkungan dengan menjadikan seni dan budaya
India sebagai daya tarik utama. Dalam
suasana berdiri berdesakan dengan teman-teman, saya mengamati beberapa pengantar dari pak Gopi yang akan
jadi bagian dari eksplorasi kami nantinya.
“Silakan
bersiap. Pukul 7 kita berangkat, melihat pertunjukan seni dari teman-teman The Blue
Younder” ucap pak Gopi sebelum kami sibuk mengangkat barang-barang ke kamar
masing-masing sesuai pembagian panitia.
SENI TUTUR DAN PERTUNJUKAN
TARI KLASIK KHAS KERALA
Kami menyusuri
gelap malam, memasuki kawasan pedesaan. Tak ada lampu jalan. Hanya cahaya temaram
dari rumah penduduk yang terlihat dari jendela mobil kecil yang kami tumpangi
malam itu. Bis yang biasa kami tumpangi terparkir di hotel.
Kendaraan ukuran besar tidaklah mampu mengarungi jalan kecil pedesaan.
Dalam remang malam, saya melihat areal perkebunan diantara beberapa bentuk rumah
khas penduduk India. Malam itu, tidaklah
saya menaruh harapan apapun selain rasa penasaran terhadap sebuah persembahan
seni tari khas India bagian Selatan yang sesaat lagi akan tersaji dihadapan
kami.
Rombongan
kami tiba di sebuah rumah persis di pinggir dari jalan yang kami lalui. Kendaraan
yang kami tumpangi segera berbalik arah sebelum terparkir sempurna di bahu
jalan, tepat di depan rumah yang akan kami kunjungi malam itu.
“mana
tariannya?” tanya si cantik Britney Spears yang tak pernah jauh dari saya.
“mari
masuk, masuk…” pak Gopi rupanya sudah dipekarangan rumah dan menyambut
kedatangan kami.
Saya
dan teman teman pun memasuki bagian pekarangan dan segera duduk beralas tikar
anyam yang telah tersedia diatas tanah pekarangan. Beberapa duduk di undakan
yang terdapat di depan rumah. Kami berada di pekarangan. Tanpa ada atap layaknya
sebuah teater pertunjukan. Tak ada pengeras suara. Tak ada tata cahaya yang
kelak akan menyinari para penampil. Yang ada hanya obor yang terletak
dibeberapa sudut halaman rumah. Rumah yang kami datangi pun sederhana. Sama
sederhananya dengan kondisi pekarangan yang menampung kehadiran saya dan
teman-teman peserta Kerala Blog Express.
Baca juga ; Pengalaman Menari di Kochi Marriot
pak Gopi yang memberi penjelasan pada rombongan kami yang melantai di pekarangan rumah |
“Harap
bersabar. Penampil sedang bersiap.” ucap pak Gopi pada kami.
Beberapa
penampil memang sedang berhias langsung dihadapan kami saat itu. Persis seperti
kami menyaksikan penampilan Kathakali Dance dihari pertama. Tapi kali ini jenis
riasan dan juga busana yang dikenakan penari lebih sederhana. Meski khas India
selalu terasa. Peralatan musik pendukung
dari penampilan para penari telah siap tepat di sudut bagian depan dimana kami
berada. “silakan dinikmati, camilan
sebelum acara dimulai” ucap salah satu panitia menawarkan sepinggan besar
nangka matang pada kami. Beberapa blogger dari Eropa tampak antusias menikmati
nangka matang yang konon dipanen dari kebun si pemilik rumah yang kami datangi
malam itu.
pak Gopin - Founder of The Blue Yonders - Photo capture by Jhinson - KBE Crew |
Pertunjukkan
pun dimulai ketika gong dipukul dan tabla mengalun-alun. Pria gempal mengenakan
kain panjang tak berbaju bertindak sebagai penutur kisah. Secara beriring para
penari yang semuanya lelaki tak berbaju dengan riasan wajah khas lengkap dengan
aksesories pendukung dan kain warna-warni menyerupai rok menjadi daya tarik tersendiri. Penuturan dalam
bahasa india seolah menjadi pengantar dari suguhan seni yang kami saksikan
malam itu. Secara berurutan, penari dan penutur seolah mempresentasikan sebuah
kisah yang dibalut dalam suatu sajian gerak tari nan dinamis. Bahkan
ada pula atraksi tari yang dipadu dengan api. Macam debus rasanya.
tampilan khas salah satu penari - Photo capture by Jhinson - KBE Crew |
tampilan salah satu penari - Photo capture by Jhinson - KBE Crew |
aksesoris khas penari - Photo capture by Jhinson - KBE Crew |
Pada
bagian kedua, dilain penyaji, kami para penonton diminta mengikuti tepuk tangan
hingga sebutan-sebutan khas India secara bergantian.
“tarraaaa…huuuu hah huuu hah!” begitu
seterusnya.
Gelak
tawa pun terjadi ketika beberapa diantara kami bersuara lebih keras atau
berucap beda dari apa yang diminta oleh sang penutur yang memandu kami.
“ada
diantara kalian yang mau bergabung?, menampilkan sesuatu?” pinta sang penutur
tari yang sejak awal bertindak sebagai pemandu sorak acara.
“Indra
!!, yes, Indra!!..come on!” teriak teman-teman.
Ini
bukan kali pertama, teman-teman meminta saya maju kedepan menampilkan sesuatu.
Saat tiba di hotel Kochi Marriot dan kami disuguhi tarian khas India pun teman-teman
meminta saya untuk ikutserta bergabung dengan para penari. Saya sih
seneng-seneng aja, namanya juga banci tampil!!.
“Silakan…”
ucap mamas pemandu pertunjukan pada saya
Nah,
lho!!. Apalah yang akan saya tampilkan?!. Mendadak diberi kesempatan tampil
tanpa ada persiapan apapun sebelumnya.
pak penyaji - yang bertindak sebagai penutur kisah dari gerak tari yang disajikan penari - Photo capture by Jhinson - KBE Crew |
suasana dipekarangan rumah - Photo capture by Jhinson - KBE Crew |
IRAMA PAPUA MENGGEMA DI KERALA
Tak
banyak yang bisa saya fikirkan soal tampilan, ditengah hitungan detik dengan
desakan banyak teman yang mulai bersorak-sorai seolah menunggu sajian saya. Mulailah saya mengisi waktu dengan bergumam,
sembari berbisik kearah pemain tabla agar mengikuti ketukan yang saya
dendangkan. Ditengah kebingungan dan
tidak-tahunya saya akan arah ketukan tabla dan beragam alat musik penunjang
yang sudah kadung bersahutan itu, mulut saya mengeluarkan irama lagu Sajojo dan
Yamko Rambe Yamko yang saya tuturkan tanpa syair!!. Jadilah seolah lengkingan
yang bersahutan dengan ketukan tabla, gong dan beberapa tutur india yang
menjadi latar tampilan saya. Nekat!!.
Gemuruh
teman-teman semakin memuncak ketika penuturan syair yang saya sadur dari lagu-lagu
daerah Indonesia bagian Timur itu semakin memuncak dengan tehnik overtune dan falsetto yang saya kreasikan secara mendadak!. Hah! Sungguh sajian yang aneh!. Tapi justru mendapat banyak
sambutan bahkan semua teman-teman memeluk saya usai penampilan yang menurut
mereka sangat ‘mengagumkan!’. Mereka tak
tahu bahwa saya sebenarnya sedang mengarang bebas, sebebas-bebasnya!!. Untung
bukan tampil di negeri sendiri yaa?!,
whahahah. “saya rekam tampilan kamu. Amazing!!” ucap Jordan – Vlogger keren
dari Inggris yang berkali-kali memeluk erat badan saya yang kecil dibanding bentuk
badannya yang bongsor itu. Meski sampai sekarang saya belum terima hasil recording penampilan saya yang super improve itu!!
mulailah saya bertutur bebas mengimbangi tabuhan Tabla dan syair India yang jadi latar tampilan saya. - Photo capture by Jhinson - KBE Crew |
tampil nekad apa adanya!. - Photo capture by Jhinson - KBE Crew |
Ada
untungnya saya pernah belajar seni sastra dan tutur Lampung bahkan mendalami
bagaimana bertutur khas Sunda dan juga langgam Jawa. Pada akhirnya berguna
pula, meski yang saya sajikan sebenarnya lagu daerah Papua tanpa syair!. Hhhmm… Namanya juga tampil dadakan!.
Malam pun semakin semarak dan akrab dengan aksi menari bersama sebagai tanda
akhir dari sajian seni malam itu. Semua pun terhibur.
photo bersama usai penampilan - Photo capture by Jhinson - KBE Crew |
bahagia bersama usai joged suka-suka bersama penari - Photo capture by Jhinson - KBE Crew |
Selama
menjadi bagian dari event Kerala Blog Express, saya menikmati setiap moment
yang ada. Tidak pernah menggerutu apalagi menolak. Bagi saya, apapun yang
panitia jadwalkan, apapun yang panitia sajikan, tentu itu yang terbaik, tugas
saya sebagai undangan tak perlu banyak berkomentar. Nikmati saja!. Nikmati
semuanya tanpa perlu ada sanggahan kasar.
Kerala
Blog Express is Trip of a Lifetime!.
Performer sejati selalu siap tampil kapan dan dimana aja ya. Hebat kalipun ! Penasaran liat video penampilan improvisasi nya.
BalasHapusEnak banget Kerala Blog Express ini bisa dapat banyak pengalaman menarik melihat budaya Kerala. Disana gerah gak sih? Waktu kesana banyakan bawa baju kayak gimana?
ia, aku juga berharap di kirimi videonya ama panita....video angkatan kami aja baru kelar beberapa hari lalu.... wah kalo KBE aku bisa ikut lagi pasti aku berjuang lagi...di sana super seru kakak!!!... soal baju aku banyak bawa kaos karena udara ada bagian yang panas ada yang dingin ...tapi tentu aku banyak bawa ke-khas-an Lampung heheheh
HapusPengalaman terbaik deh, kalau gitu. Menarik banget
BalasHapushehehehe terima kasih
HapusKamu memang entertain sejatiiiii....
BalasHapusnamanya juga gila nampil.... di tantangin tampil yaaa gak nolak laahhh kan Biduan!! wkwkwkwkwk
Hapus