Apa yang menarik untuk dikunjungi bila sedang
berada di Lombok?. Dipastikan sebagian besar jawabannya ialah ; Pantai atau
Gili. Tak heran, karena Lombok – Nusa Tenggara Barat, memiliki pesona pantai
hingga pulau (gili) yang memikat dan menarik untuk dikunjungi. Meski
sebenarnya, Lombok juga memiliki kawasan
wisata bernilai sejarah yang patut untuk dikunjungi. Yakni, Kota Tua Ampenan.
Saking menariknya, Kota Tua Ampenan itu menyimpan kisah bersejarah sebagai
Pusat Perdagangan Hasil Bumi dari kaki Rinjani yang termahsyur di jaman kolonial
Belanda.
gerbang memasuki kawasan Kota Tua Ampenan |
Berlokasi di kecamatan Ampenan, Mataram – Nusa
Tenggara Barat, Kota Tua Ampenan patut dikunjungi. Terlebih bagi kamu yang
menyukai wisata kota tua bernilai sejarah.
Mendatangi langsung kawasang kota tua Ampenan saat ini, pengunjung akan
melihat kejayaan sebuah kawasan pelabuhan perdagangan yang telah berlangsung
sejak tahun 1800-an. Selain bongkar muat barang, dermaga Ampenan juga menjadi
sentra aktivitas perdagangan hasil bumi yang berasal dari beberapa kawasan
perkebunan dan desa desa di kaki gunung Rinjani. Beragam jenis rempah,
tembakau, buah-buahan, hingga beragam komoditi perkebunan menjadi incaran kaum
Belanda masa itu.
Secara makna, Ampenan dalam bahasa Sasak berarti
‘amben’, bermakna tempat singgah. Sesuai dengan namanya, Ampenan merupakan
kawasan yang dikembangkan oleh penjajah Belanda sebagai kawasan pelabuhan yang
dibuat untuk menyaingi dominasi kerajaan-kerajaan di Bali. Sebagaimana kota pelabuhan pada umumnya,
Ampenan dihuni oleh beragam etnis. Mulai dari etnis Tionghua yang kala itu
digunakan oleh penjajah Belanda sebagai tenaga kerja dengan bayaran murah, hingga
etnis Arab, Banjar, Melayu dan Bugis yang hidup rukun berdampingan. Tak heran
bila dalam kawasan Kota Tua Ampenan, tepatnya di jalan Yos Sudarso, dapat kita
lihat hingga kini masih berdiri beragam rumah toko bergaya lampau yang
dialih-fungsikan sebagai penjaja beragam kebutuhan rumah tangga, menjadi rumah
makan hingga toko menjual barang barang khas beragam etnis.
beberapa bangunan hunian warga dengan cat warna warni |
jalanan lengang dan hunian warga dalam kawasan kota tua Ampenan |
Dalam kota tua Ampenan, terdapat juga Wihara Bodhi
Dharma yang telah berdiri sejak tahun 1804. Uniknya, Wihara ini terletak justru
di dalam kawasan kampung Melayu yang didominasi oleh penganut agama Islam.
Ampenan jadi kawasan yang saling menghormati antar pemeluk agama. Sejak dahulu,
di Ampenan, kerukunan antar umat beragama dan saling menghargai perbedaan
bukanlah sekedar teori.
PESONA PANTAI
AMPENAN DAN HUNIAN WARGA DI KOTA TUA
Tak hanya kawasan pemukiman dengan bangunan masa
lampau, kawasan kota tua Ampenan juga memiliki pantai yang indah meski bukan
jenis pantai landai. Sebagai kawasan
pelabuhan perdagangan dimasa lampau, Ampenan seolah menyuguhkan kisah visual
dari methamorphosa perdagangan pada masa hindia Belanda. Meski kini kawasan
dermaga di kota tua Ampenan tidak lagi
berfungsi sebagaimana mestinya, tapi pengunjung masih dapat melihat puing puing
dermaga yang dibangun pada masa Belanda, sekitar tahun 1948 – 1950.
bagian depan Pantai Ampenan di dalam kawasan Kota Tua Ampenan |
Aktivitas khas dermaga, termasuk bongkar muat
barang dari kapal kapal yang bersandar tentu hal yang rutin terjadi di dermaga
kala itu. Meski kini, aktivitas
pelabuhan di Ampenan tidak lagi terlihat, karena telah beralih ke dermaga
Lembar. Puing-puing dermaga di pantai
Ampenan yang kini digunakan warga untuk aktivitas memancing itu adalah saksi
bisu dari riuhnya suasana dermaga di Ampenan kala itu.
Sebuah miniatur kapal menandai puing puing dermaga di pantai Ampenan |
Meski wujud dermaga dimasa Belanda hanya tinggal
puing-puing dan kisah sejarah saja. Tetap kawasan Pantai Ampenan menjadi lokasi
kunjungan yang menarik. Terlebih bersantai di sepanjang bibir pantai Ampenan
kala senja. Menyaksikan mentari terbenam adalah hal menarik di pantai Ampenan.
Beberapa gerai makanan sederhana pun berjajar di
dekat kawasan hunian warga. Menjadi sarana bersantai sembari bersantap jajanan
dan kuliner khas Lombok.
bagian bibir pantai yang di tata sebagai kawasan kuliner dan bersantai pengunjung pantai Ampenan |
Berada dalam kawasan Ampenan, seperti terlempar ke
masa lampau. Deretan rumah hunian dan bangunan dengan seni arsitek tahun
1800-an semakin menguatkan kisah kejayaan kawasan Ampenan dimasanya. Pemeliharaan Kota Tua Ampenan merupakan
bagian dari pemerintah daerah kota Mataram – Nusa Tenggara Barat. Meski masyarakat
yang tinggal didalam kawasan wajib memelihara kebersihan lingkungan demi
terciptanya lingkungan yang sehat dan berkelanjutan. Beberapa bangunan dalam
kawasan kota tua Ampenan masih berfungsi sebagai hunian warga dengan cat tembok
berwarna warni. Beberapa lainnya nampak usang tanpa pemeliharaan hingga
kehilangan bentuk aslinya. Baiknya, upaya pelestarian terhadap kota tua Ampenan
harus terus ditingkatkan. Mengingat kandungan nilai sejarah dari kawasan kota
tua Ampenan itu sendiri. Karena tak
sedikit dari kunjungan wisatawan, baik wisatawan lokal maupun macanegara yang
menaruh minat pada wisata warisan sejarah masa lampau.
salah satu sudut jalan dan toko toko dalam kawasan Kota Tua Ampenan |
Trimakasih sudah bantu mempromosikan NTB bang 🙏
BalasHapussama sama mas... kapan kapan bertemu lagi di Lombok yaaaa
HapusKeren banget deh pengalamannya k Lombok, jadi pngen juga ke Lombok.
BalasHapusyyoookkk mbaaa bareng jalan jalan ke Lombok..hehehe
HapusAku baru tau kota Mataram di Lombok punya destinasi buat jelajah urban juga, mas. Aku pribadi memang lebih suka menjelajah kota kayak gini daripada ke alam, karena menurutku pantai pasir putih ya gitu-gitu aja sih. Hahaha.
BalasHapusTulisannya menarik, makasih mas.
yes, mas.. kita punya ketertarikan yang sama. Saat berkesempatan tandang kesebuah tempat saya selalu tanya sama penduduk setempat kawasan tua atau bernilai sejarah gitu... selalu ada hal baru dan menarik untuk disimak.
HapusKota tuanya menarik dikunjungi.
BalasHapusKelihatan sepi situasinya ya ?
NAH! bahagia rasanya ketika membaca ulasan yang beginian. Soalnya kalo ada yang nulis lombok mentok2 pasti pantai Gili gili itu bang. Sedangkan aku lebih suka yang beginian dan budayanya. Alam itu keren sih, tapi klo alam tok kosong? kan nggak asyik hihihi
BalasHapus