Sekuat
tenaga saya menahan kantuk. Bukan karena ada yang ditunggu. Tapi topik obrolan
bersama rekan jalan yang sayang untuk dilewatkan. Aldi masih mengatur kemudi
dengan baik sejak mulainya perjalanan kami dipagi hari dari Liwa hingga masuk
kawasan Krui – Pesisir Barat. Bentangan alam berpadu barisan rumah warga di
sepanjang Krui pun jadi sesuatu yang sayang dilewatkan. Dari balik kaca kendaraan, mata saya merekam aktivitas masyarakat Krui sepanjang perjalanan.
Bangunan Utama (Pavilion) 10 Room ; Deluxe and Family Room. |
Selain
obrolan yang seru, upaya saya menahan kantuk karena tugas saya sebagai penunjuk
arah. Siang itu, saya bersama Koko, Aldi dan Rio menuju sebuah tempat yang marak dibahas di
sosmed. Anjungan Bang Oking adalah tujuan kami.
Sejak pertama beroperasional untuk umum, Anjungan Bang Oking adalah spot
bersantai yang ingin sekali saya kunjungi langsung. Sesuai namanya, bang Oking adalah nama
panggilan dari pemilik anjungan tersebut. Sosoknya telah saya kenal akrab sejak
beberapa tahun silam. Sebagai politisi dan kerap datang ke acara acara seremonial,
tentu sosoknya sangat familiar.
cottage di Anjungan Bang Oking |
“ONE STOP LEISURE CONCEPT”
Saya
lupa jam berapa tepatnya tiba di Anjungan Bang Oking. Sekitar jam 2 siang mungkin. Saya dan teman-teman langsung
diarahkan oleh bang Rahmat – petugas di Anjungan Bang Oking ke kamar yang
berada di bagian bangunan utama.
Sejauh
mata memandang, suasana Anjungan Bang Oking benar-benar memesona. Sarana bermalam berpadu dengan keindahan
alam. Ada beberapa petak sawah dengan padi yang telah menguning yang letaknya dekat
lapangan tenis depan bangunan utama.
Garis pantai yang jaraknya bersinggungan dengan kawasan anjungan bagai
penggoda utama agar pengunjung mendekat. Barisan pohon kelapa dan beragam
tumbuhan hijau menambah suasana asri Anjungan Bang Oking.
Family Room - AC |
Deluxe Room - AC |
Menurut
bang Rahmat, Anjungan Bang Oking memiliki 1 Paviliun utama dengan 10 kamar
standar hotel yang nyaman ber-AC. Ada pula pilihan cottage yang dekat dengan
bibir pantai. Tersedia 4 cottage. Setiap cottage memiliki 2 kamar tidur, kamar
mandi dan ruang santai didalamnya. Tapi bangunan cottage tak menyediakan AC. Hanya
kipas angin. Bagi pengunjung yang menyukai suasana privasi,
bermalam di cottage adalah pilihan tepat.
Ada pula gazebo dan aula yang dapat dimanfaatkan untuk beragam jenis
acara hingga ghatering komunitas atau perusahaan.
Untuk
fasilitas dan suasana yang ditawarkan, Anjungan Bang Oking layak disebut
sebagai ‘One Stop Leisure Concept’.
Dalam satu kawasan, ada banyak sarana bersantai dan bersenang-senang
yang dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pengunjung. Pesona alam, petak sawah, bentangan pantai, sungai
hingga perbukitan jadi satu-kesatuan yang memukau.
Gazebo santai memandang lautan |
padi menguning di petak sawah depan bangunan Pavilion |
DAMPAK MIMPI DI SIANG BOLONG
Rintik
yang menyapa kedatangan kami di Anjungan Bang Oking berubah menjadi hujan. Kami
segera berlarian menuju bangunan Pavilion usai bincang sejenak dengan bang
Rahmat. Koko dan Rio memasuki kamar Deluxe di lantai 2 bangunan Pavilion.
Sedang saya dan Aldi menempati Family
Room di lantai 1.
Saya
tak tahu apa yang terjadi di beberapa menit berikutnya. Seusai menaruh ransel
saya langsung terlelap ketika merebahkan badan di kasur empuk. Rupaya usaha
saya menahan kantuk sepanjang siang
berakhir di springbed Anjungan Bang
Oking. Suhu AC kamar dan hujan deras berkolaborasi menina-bobo-kan saya.
barisan kamar Family Room di Pavilion Anjungan Bang Oking |
sepandangan mata. Semuanya begitu menawan |
Pasir
halus berhias debur ombak mengiringi saya berlarian di tepi pantai. Kilatan sunset
menambah syahdu suasana. Sekali waktu mata saya menangkap kayuhan kapal nelayan
dikejauhan. Kepak sayap burung beriringan menghias senja. Mata saya semakin
berbinar. Ada rasa bahagia. Hingga
merasa sepi ketika terjaga tanpa ada wujud Aldi di seberang ranjang. Saya lekas
naik ke lantai dua. Berharap menemukan Koko dan Rio. Juga tak ada. Kemana semua teman-teman saya?.
Mereka menghilang usai bunga tidur tak jelas menghampiri.
Sempat
ada upaya untuk menghubungi semua teman-teman saya yang menghilang. Ternyata
signal ponsel sama sekali tak berfungsi. Bang Rahmat yang saya temui menyatakan signal
tak ditemui dikawasan Anjungan Bang Oking. Meski pernah menurunkan ahli dari pulau Jawa untuk atur signal. Tapi upaya tak terwujud. Sama dengan mimpi
saya di siang bolong yang tak terwujud. Sunset tak menyapa karena hujan baru
saja reda. Gambaran mimpi yang begitu
mengganggu. Koko dan Rio muncul
dihadapan setelah puluhan menit saya menunggu.
“dari mana?” tanya saya pada dua sosok berwajah datar tersebut. “cari signal”
jawab keduanya serempak. Pantas ponsel saya tak berfungsi. Tak bisa menelpon
apalagi ditelpon. Boro-boro bisa berselancar didunia maya. Apakabar Whatsapp dan Line yang notifnya pasti sudah ratusan. Termasuk notif di semua
akun sosmed. “Aldi mana?” tanya saya
pada Koko dan Rio. “Aldi ke Krui. Cari signal” sahut Koko datar.
“Aldi
dateng, kita ketengah kota. Cari signal”
ujar saya pada Koko dan Aldi.
Mereka menoleh serius kearah saya. “siap-siap berkemas. Bawa ransel lu
semua.” perintah saya.
“serius
lu?” tanya Koko.
“Yes!.
Signal lebih penting, broh!” sahut saya.
Bersiaplah
kami semua. Mengemas barang yang sudah kami persiapkan untuk bermalam.
Apalah
jadinya berdiam diri sepanjang malam hingga esok pagi tanpa signal. Sedang
pekerjaan kami bergantung pada signal ponsel. Kuota endorse-an sayang bila tak
digunakan. Lain hal bila saya dan rekan-rekan masuk dalam hutan rimba atau
ujung dunia. Uniknya, hilang signal hanya di kawasan
Anjungan saja. saat kami ke desa Tembakak atau dermaga tembakak, signal
berpendar sempurna.
Aldi
datang tak lama usai kami berkemas. Wajahnya kaget ketika saya mengajaknya
untuk menuju pusat keramaian Krui. Kami
sempat berpamitan pada bang Rahmat sebelum meninggalkan Anjungan. Kendaraan yang Aldi kemudikan segera menerobos
senja. Menuju pasar Krui. Bablas ke
kawasan Tanjung Setia. Lalu menembus gelapnya Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan. Tiba di Tanggamus. Makan malam super lezat di rumah makan Savana – Tanggamus .
Dan terus bergerak hingga tiba di Bandar Lampung pada dini hari. Begitulah kami.
PRICE NOTE ;
5
Room type DELUXE Room @ Rp. 300.000,-
for 2 person/room
5
Room type FAMILY Room @ Rp. 400.000 – for 4 person/room
Extra
Bed Rp. 50.000/pax
Cottage ; with
2 Room for 4 person No AC
Rute ;
dari pasar KRUI menuju Jalan Lintas Barat Krui. Teluk
Way Karuwi – Pekon Tembakak, (Sebelum Dermaga Tembakak) kecamatan Karya
Penggawa – Pesisir Barat – Lampung.
Reservasi ;
Phone ;
08136920699
Ruspi ;
082279959149
Rahmat ;
082280244624
Wah pohon kelapa nya masih banyak ya di sana.... hijau seger dipandang
BalasHapusLumayan banget nih bawa keluarga kesini . Ambil family room yang seprainya Hello Kitty ! Pasti anak2 pada senang, apalagi semua Ada. Termasuk pantai. Ah di bookmarked dulu ah
BalasHapusWah, cakep viewnya, ya. Aku suka yang pemandangan sawah itu. Udah lama nggak liat bulir-bulir padi menguning. Pemandangan laut, bentangan sawah, hmmm... Perfecto! Btw selama di sana kami juga ngideeeer cari signal, Kak, huehehe... Aslinya sih, temen2 yang nyari, saya mah ngikut aja. Soalnya mau nyari ke mana juga HP CDMA saya tetep aja nggak kebagian signal. Alhamdulillah ada temen yang bermurah hati berbagi wifi sekali2 pas dapet signal. Jadi, masih bisalah seenggaknya komunikasi sama anak dan suami di rumah, biar nggak cemas.
BalasHapusPenginapan dengan sudut pandang berbeda 😊 cocok buat yang butuh ketenangan... apalagi blogger pas butuh inspirasi nih
BalasHapuswah, pemandangannya asyik ya kak. suka sekali.
BalasHapusharga dan fasilitasnya OK :)
makasih rekomendasinya kak