Sosoknya
mencuri perhatian saya. Dua perempuan
berada dalam kerumunan puluhan lelaki. Saya langsung mendekati dua perempuan
tersebut. Senyum hangat mereka menyambut
kedatangan saya. Hilang rasanya lelah badan usai berkendara sejak pagi plus
kesasar berkali-kali. Untung ada rekan Aries yang berkenan memandu arah. Pagi itu saya bersama ketiga rekan tiba di pekon (desa) Rawas – Krui. Untuk menghadiri acara Ngunduh Damar yang digelar dalam rangka
Festival Teluk Stabas 2018 – event pariwisata tahunan kabupaten Pesisir Barat.
suasana ramai di Repong (kebun) Damar - pekon (desa) Rawas - Krui - Pesisir Barat - Lampung. |
Puluhan
warga telah memadati repong damar (kebun
damar). Puluhan peserta pun telah siap dengan beragam peralatan pendukung dari
aktivitas ngunduh (memanen) damar. Acara Ngunduh Damar yang saya hadiri kali
ini memang tak semeriah gelaran serupa di tahun sebelumnya. Tapi menyaksikan
aktivitas pengunduh damar selalu membuat saya antusias. Sementara panitia mendata peserta, saya
mendekati dua perempuan yang sosoknya menarik minat saya. “wah, ibu-ibu ikutan ngunduh damar juga?” sapa saya berbasa-basi.
Mereka tersenyum simpul. “sudah sering ngunduh damar?” tanya saya kemudian.
“sudah puluhan tahun bang…” ucap perempuan yang memegang topi merah. “memang
kerjaan saya bang. Buat biaya sekolah anak-anak.” terang perempuan berkerudung
hitam. Semakin saya kagum pada dua sosok perempuan didepan saya.
Saya
jadi ingat pada teman kuliah dulu. Ia sosok pintar dari Lampung Barat yang
menempuh kuliah berkat usaha damar orangtuanya. Dahulu Pesisir Barat masih jadi bagian dari Lampung
Barat. Tak heran bila pohon damar kerap
disebut sebagai pohon harta.
Karena keberadaan pohon yang kokoh itu dapat terus menghasilkan getah
yang dapat memenuhi perekonomian keluarga.
Kembali
pada sosok dua perempuan pengunduh damar
yang saya temui. Mereka adalah ibu Hermi
Yanti (mengenakan kerudung hitam) dan ibu Nur Salma (mengenakan topi merah saat
ngunduh damar). Keduanya berasal dari pekon (desa) Penengahan Laay kecamatan Karya Penggawa. Mereka bukan
saudara kandung. Keduanya saling kenal karena menekuni profesi sebagai
pengunduh damar sejak puluhan tahun silam. Bahkan ibu Hermi Yanti telah
menjalani aktivitas ngunduh damar sejak ia masih lajang. Melakukan bincang ringan pada kedua perempuan
tersebut bagai proses pemanasan sebelum menyaksikan atraksi mereka nantinya.
Selain saya emang seneng ngobrol sama
ibu-ibu, hahahah.
bersama Aldi dan Koko rekan seperjalanan - minus Rio yang masih dalam kendaraan (takut nyamuk!!, wkwkw) |
BUDAYA NGUNDUH DAMAR DI PESIBAR
Ngunduh
damar merupakan aktivitas yang sangat lekat dengan masyarakat Pesisir
Barat. Bahkan telah menjadi bagian dari
budaya masyarakat Lampung Pesisir di kabupaten Pesisir Barat. Pohon damar yang tingginya mencapai 50 meter
itu memang mudah ditemui dikawasan Pesisir Barat. Terutama dalam kawasan
perkebunan. Bentuk pohon yang tegak
menjulang mencuri perhatian banyak orang.
Disetiap
pohon damar terdapat lubang-lubang yang memang menjadi tempat menetesnya getah
damar. Selain itu, lubang yang dibuat di pohon damar juga berfungsi sebagai
pijakan para penderes getah damar saat
naik ke bagian atas pohon damar. Nah, getah dari pohon damar itulah yang diambil oleh para
pengunduh damar. Bentuk getahnya yang bening
seperti lem tembak itu merupakan daya tarik utama dari pohon damar.
Selain batang pohon yang kerap dijadikan bahan baku perahu karena wujudnya yang
besar dan panjang tetapi memiliki bobot yang terbilang ringan.
Getah
damar di Pesisir Barat tergolong dalam
getah damar mata kucing (Shorea
Javanica). Selain jenis getah damar
batu dan damar kopal yang tersebar di Sumatera Selatan, pulau Kalimantan,
Sulawesi hingga Papua. Getah damar jenis mata kucing yang menggumpal bagai
bongkahan Kristal tersebut menjadi bahan baku untuk membuat cat, plastik,
tinta, korek api, vernis hingga kosmetik.
Ibu Nur Salma yang cekatan menderes getah damar |
piawainya ibu Helmi Yanti mengunduh damar dari setiap lulbang di pohon damar |
CARA NGUNDUH DAMAR
Ibu
Hermi Yanti dan ibu Nur Salma bergegas menuju pohon damar yang telah di
tentukan begitu panitia menyatakan lomba Ngunduh Damar dimulai. Ibu Hermi
mendekati pohon damar di pinggir jalan kebun damar, sedangkan ibu Nur bergegas
menuju pohon damar berukuran besar dibagian dalam kebun.
Saya
mengikuti ibu Nur Salma terlebih dahulu. Melihat perawakannya, ibu Nur Salma
tampak lebih muda usianya ketimbang ibu Hermi Yanti. Ia tampak gesit menerobos
rerumputan dan tiba dengan cepat ke pohon damar yang ia pilih. Dengan cekatan
ibu Nur mengeluarkan alat untuk mengunduh getah damar.
Getah-getah
damar yang berada di lubang pohon damar tersebut diambil dengan menggunakan
mata patel. Ibu Nur Salma dan para
penderes getah damar lainnya menggunakan
mata patel untuk menggali ceruk atau lubang yang berisi getah damar.
Ibu Hermi dan Pengunduh Damar lainnya menggunakan Ambon atau Alit - rotan panjang yang berfungsi sebagai alat pengaman saat Menderes Damar sekaligus alat naik kebagian puncak pohon Damar. |
tak mau ketinggalan. Papa Zack yang Hits juga ikutan coba coba naik pohon Damar. Mayan Broh!!! |
Bagi
pengunduh damar yang ingin kebagian atas pohon, mereka menggunakan alat yang
disebut Ambon atau Alit – yakni berupa anyaman rotan panjang yang berfungsi sebagai
tali pengikat tubuh pada pohon dan kemudian jadi sarana pengunduh damar naik ke
bagian puncak pohon dengan cara menggeserkan Ambon atau Alit tersebut keposisi
yang dikehendaki.
Upaya
pengunduh damar mengumpulkan getah dari pohon damar terbilang cekatan. Mereka
mengambil getah disetiap lubang pada pohon, lalu menadahnya dengan alat yang disebut Tembilung
sebelum nantinya dimasukkan dalam Bebalang – wadah besar yang telah disiapkan dibawah pohon damar dan
nantinya dibawa dibelakang pundak saat meninggalkan kebun damar.
Saat
melihat ibu Hermi Yanti, saya semakin kagum padanya. Ia dengan cekatan beranjak
kebagian atas pohon menggunakan Ambon atau Alit. Sesekali ia berkenan tersenyum
ketika saya memintanya untuk keperluan photo. Yang menarik ibu Hermi menderes
getah damar menggunakan tangan kiri. Si Ibu
kidal. Ibu Hermi begitu tekun mengambil
bongkahan getah damar. Karena penilaian
dari lomba terletak pada berat getah damar yang diperoleh setiap peserta. Mata saya terkagum-kagum pada semua pengunduh damar yang cekatan. Sungguh mahir mereka. Terbayang usaha yang
mereka lakukan sebagai pengunduh getah damar untuk membiayai sekolah anak-anak
mereka. Keterlaluan bila si anak tidak tekun
belajar, sedang usaha para orang tua ngunduh getah damar tidaklah mudah. Ada perjuangan
sekaligus bertaruh nyawa dalam proses mengunduh damar. Khawatir mereka terjatuh
saat sedang asik mengunduh damar. Saat menyaksikan aksi dua perempuan yang cekatan
dihadapan saya. Sungguh saya mengagumi
upaya gigih dua perempuan tersebut. Mengunduh damar sejak dahulu demi biaya
sekolah anak anak mereka. Termasuk partisipasi mereka dalam perlombaan ngunduh
damar yang didominasi para pria pun karena
berharap mendapat hadiah yang kelak mereka gunakan untuk keluarga.
Perempuan
bekerja dan berkarya sesuai dengan bidang mereka adalah bentuk dari perjuangan
para perempuan masa kini. Selayaknya kita mengapresiasi usaha mereka. Apapun
bentuknya. Perempuan pekerja adalah bentuk nyata dari Kartini masa kini.
Luar biasa ibu itu bang. Walaupun wanita dia tetap bersemangat untuk mengikuti lomba Ngunduh damar. Dan fokus saya cuman ke ibu itu waktu lomba pengunduhan damar
BalasHapusyes... emansipasi pun terjadi di Pesisir Barat . patutu di apresiasi.
HapusAku pikir selama ini yang mengunduh damar itu kaum laki-laki. Image ku selama ini yang memanjat manjat itu pekerjaan laki-laki. Ternyata di pesisir barat itu tidak berlaku Ya setidaknya pada industri Damar
BalasHapusyes mbaa..mereka sangat tangguh dan kuat tenaganya naek naek pohon damar yang besar dan tinggi menjulang itu. kagum deh sama emak emak masa kini.
HapusAsik ada aku makasih om Indra sudah take foto, fotografer handal....
BalasHapusyeeyy...sayang kemarin kita tak photo bareng yaaaa...
Hapus