Banyak
juga yang menuliskannya Pianemo. Bukan masalah. Karena pengucapannya memang
Pianemo. Meski dilokasi selalu terlihat dengan tulisan Piaynemo. Terletak dibagian barat dari distrik Waigeo,
Piaynemo dapat diakses melalui dermaga Waisai yang merupakan kota administratif
dari kabupaten Raja Ampat. Untuk
menyaksikan keindahan alam memang perlu perjuangan. Tak terkecuali untuk
tandang ke Piaynemo.
speedboat beratap biru itu lah yang kami gunakan dalam pelayaran dari Waisai ke Pyainemo |
Bila
perjalananmu bermula dari pusat kota Sorong, maka kamu wajib naik kapal Ferry
terlebih dahulu ke Waisai. Tersedia dua waktu pelayaran. Pukul 9 pagi atau
pukul 2 siang. Setelah tiba di Waisai, perjalanan menuju Piaynemo harus ditempuh
dengan menaiki kapal kayu bersama group wisatawan lokal atau jenis speedboat yang
bisa kamu sewa ataupun share cost dengan wisatawan lain. Atau dapat hubungi Kamar Raja Homestay yang
merupakan tour agent dan juga homestay yang dapat mengatur segala kebutuhan
perjalanan kamu dengan harga bersahabat.
pos lapor pengunjung sebelum masuk ke puncak Pyainemo. perkapal wajib bayar 500 ribu rupiah |
JANGAN BERCANDA! PERCAYA, PERCAYA!!
Kak
Dinasty menjemput kami dari penginapan di pusat kota Waisai. Pagi itu, saya dan
rekan-rekan menunggu kesiapan kapal yang akan kami tumpangi. Beberapa rekan dalam group Kelas
Inspirasi mengabarkan soal angin dan
ombak kencang yang menyapa mereka saat kunjungan Piaynemo kemarin. Dan sejak
semalam, saya dan rekan-rekan berdo’a agar diberi kelancaran dalam pelayaran
menuju Piaynemo. Kami pun berangkat usai
seluruh tim lengkap. Masih dengan formasi ; Saya, mba Donna, Shinta, Imelda,
Rizal, Panji dan kak Dinasty. Plus kak Jimmy – sosok yang saya temui dihari
pertama tiba di Sorong dan menjadi bagian dari Panitia Lokal Kelas Inspirasi
yang ternyata juga jadi bagian dari trip kami kali ini. Makin rame, makin seru
deh!.
Speedboat
ukuran kecil bergerak membawa kami meninggalkan dermaga kapal penumpang di
Waisai. Pada menit pertama pelayaran, ombak sudah menyapa kami dengan cukup
kuat. Saya yang tadinya berniat bercanda soal gelombang ombak kena teguran kuat
dari sang nahkoda. “Jangan bergerak-gerak!. Percaya!, percaya!” tegas sang
Nahkoda mengingatkan saya untuk tidak banyak bercanda saat speedboat bergerak.
Well,
semoga saja ombak dan cuaca bersahabat. Bila segalanya lancar, maka segala
jadwal yang telah disusun matang oleh kak Dinasty dari kamar Raja Homestay akan
terwujud. Jadwal kunjungan kami sepanjang hari ini, adalah mengunjungi
Pyainemo, snorkeling dan makan siang di
Arborek, mengunjungi Yenbuba dan Pasir Timbul hingga sore.
pesona Telaga Bintang dari ketinggian |
PIAYNEMO YANG NYARIS BATAL
Menurut
beberapa penduduk lokal dan pengemudi kapal, ombak sepanjang hari akan
bersahabat. Saya dan rekan-rekan pun bahagia. terlebih sang nahkoda termasuk
kak Jimmy menyampaikan demikian. Tapi kenyataannya sungguh berbeda. Ombak yang
nampak tenang itu membawa gelombang yang cukup terasa. Terlebih untuk diri saya
pribadi. Berulangkali mengatur duduk setelah berkali-kali berubah posisi akibat
disapa oleh gelombang. Yang menarik.
Kecepatan speedboat seakan seirama dengan riak ombak yang sungguh menantang.
Tak jarang sapaan ombak melebihi dari tingginya ukuran kapal yang kami
tumpangi. Lupakan pakaian kering yang
kami kenakan dari Waisai dan berharap dapat photo photo selama pelayaran.
Lupakan pula pakaian yang telah saya laundry di Waisai. Semuanya kuyub!.
Muncul
rasa lega ketika melihat gugusan karang dari kejauhan yang disebut kawasan
Piaynemo. Setidaknya bisa bernafas usai bersitegang dengan gempuran ombak dan
piawainya nahkoda mengemudikan speedboat.
Tapi keinginan kami untuk menjajakkan kaki di Piaynemo harus ditunda karena
akses ke puncak Piaynemo sudah steril dan tertutup untuk kunjungan umum. Yes,
lagi-lagi karena ada acara Torch Relay yang memang sedang berlangsung di Raja
Ampat dan Piaynemo jadi salah satu spot arak-arakan api obor ASIAN GAMES 2018
tersebut. Kemarin kami sempat jadi bagian prosesi Torch Relay yang berlangsung
di kawasan pantai WTC di Waisai.
Pengunjung dimudahkan dengan telah tersedianya 300-an anak tangga menuju ke puncak Pyainemo. |
Kami
memilih menunggu hingga jam 3 sore untuk dapat tandang ke Piaynemo dan
membatalkan beberapa spot kunjungan yang telah disusun sebelumnya. Kak Dinasty
mengalihkan kunjungan ke Telaga Bintang yang letaknya berdekatan dengan spot
Piaynemo. Semula, Saya fikir pun tidaklah sulit untuk melihat sebuah telaga.
Ternyata perkiraan saya salah!. Ternyata untuk melihat telaga secara utuh wajib
melakukan pendakian dahulu!. Alhasil usaha naik-naik ke puncak bukit cadas pun
dijabani demi melihat Telaga Bintang. Hajaarr!!!.
Pendakian
yang tak mudah itu pun berbuah bahagia ketika melihat langsung bentangan Telaga
Bintang yang sungguh mengagumkan. Gugusan batu membentuk bintanglah alasan
mengapa nama kawasan itu Telaga Bintang. Meski melakoni pendakian yang terbilang
cadas, kami sih oke oke aja, termasuk
berpuas diri mengabadikan diri di puncak bukit termasuk ulah saya
mengganggu konsentrasi shooting kru TV
nasional siang itu.
Tim Kece Bana Bana!! |
Hoobaaahhh selalu! |
MENYAPA PESONA PIAYNEMO
Kami
memutuskan beristirahat di sebuah homestay yang letaknya berseberangan dengan
Telaga Bintang, sembari menunggu waktu
diperbolehkannya rombongan kami menuju puncak Piaynemo. Makan siang, ngopi dan
bersantai sembari photo-photo adalah aktivitas membunuh waktu kami siang itu.
Waktu
siang pun terus beranjak. Kami bergegas menuju Piaynemo usai acara Torch Relay berakhir. Menapaki 300-an anak tangga adalah sensasi
tersendiri siang itu. Setidaknya, rute menanjak di kawasan Piaynemo sudah jauh
lebih baik ketimbang saat melihat Telaga Bintang. Tangga kayu yang tertata apik
dapat dengan mudah ditapaki oleh para pengunjung. Kami antusias untuk tiba di
puncak Piaynemo secepat mungkin. Supaya
hasil photo ciamik, karena cuaca beranjak semakin sore. Beberapa merek produk yang mendukung acara
Torch Relay masih menghias. Mengganggu memang. Terlebih pemasangan iklan-iklan
sponsor di spot photo terbaik pengunjung. Untungnya, salah satu kru TV yang
sedang liputan di puncak Piaynemo berinisiatif melepas umbul-umbul dan beragam
atribut sponsor. Alhasil photo kami sore itu tidak disusupi oleh benda-benda
iklan yang tidak ada hubungannya dengan saya dan rekan-rekan.
happy on top of Pyainemo |
hasil photo dari Drone nya Jack Nicholson |
Pesona
Piaynemo benar-benar mengagumkan. Ingin rasanya berlama-lama dan mengabadikan
diri diberagam sisi. Tapi sayang waktu kami terbatas. Sedangkan jadwal
kunjungan selanjutnya masih menanti. Meski batal ke Pasir Timbul dan Arborek
tetapi suasana sore di pantai Friwen jadi kegiatan pamungkas yang memuaskan.
Raja Ampat, tunggu kedatangan saya kembali suatu hari nanti. :)
Wah, beruntungnya sudah ke Piaynemo, mas. Puji Tuhan ombak teratasi sehingga agenda tetap berjalan sesuai ekspektasi, ya.
BalasHapusSalut untuk kru TV yang dengan sigap melepas berbagai atribut komersil.
hehehehhe...skrg sedang menyusun rencana untuk kembali lagi ke Raja Ampat.
Hapus