Terakhir tandang ke Lombok pada pertengahan Januari 2018 silam. Tapi kedatangan saya di
Lombok pada 3 September 2018 lalu sungguh berbeda. Bila pada Januari saya
mengikuti gelaran Kelas Inspirasi Lombok 5, maka pagi itu kedatangan saya di
Lombok sebagai bagian dari program Trauma Healing bagi anak dan perempuan yang
menjadi korban gempa.
bangunan runtuh di kawasan Kayangan. dulunya toserba. |
Sejak
terjadi sebuah gempa darat di kawasan Lombok pada 5 Agustus 2018 lalu, telah
menyebabkan beragam jenis kerusakan bangunan hingga menelan korban jiwa.
Terlebih setelah terjadinya gempa pertama dengan kekuatan nyaris mencapai 7
skala richter itu, pulau Lombok terus di sapa dengan beberapa gempa susulan
yang semakin menambah catatan korban. Program Trauma Healing untuk anak anak dan wanita sangat diperlukan. Karena bencana yang terjadi tentu menyisakan duka dant rauma yang mendalam bagi masyarakat.
Keterlibatan
saya menjadi relawan dalam gelaran program Trauma Healing ini pun bermula dari
ajakan mba Tati – sobat yang tinggal di Cilegon dan sempat nge-trip bareng
beberapa kali. Mba Tati tak sendiri, ia
bersama mas Anton yang merupakan inisiator dan juga ketua untuk program kali
ini. Saya pun tak butuh waktu lama untuk
berfikir. Ajakan mba Tati langsung saya
setujui. Meski kemudian lumayan kasak kusuk atur waktu.
sang Pilot. kak Kenjrot menyapa adik adik di Sekolah Darurat |
MENYAPA LOMBOK UTARA
Saya
sengaja memilih penerbangan paling pagi dari Jakarta ke Lombok. Hal tersebut
saya lakukan karena ingin melihat kondisi kota Mataram secara langsung sebelum
acara resmi dimulai. Itulah sebabnya, ketika mendarat selamat di Lombok, saya
langsung mendatangi beberapa tempat di tengah kota Mataram yang juga sempat
saya datangi saat Januari 2018 silam.
Islamic
Center adalah tujuan pertama saya. Secara keseluruhan bangunan ini masih
terlihat utuh, meski beberapa bagian dinding terlihat retak. Begitupun dengan
menara masjid. Beberapa gedung perkantoran di pusat kota Mataram juga retak hingga ada beberapa terlihat rusak
parah. Tenda-tenda pengungsian terpasang di pekarangan bangunan hingga lapangan bola.
Konon, Lombok bagian Utara dan Timur adalah kawasan dampak gempa paling
parah.
sang Pramugari menghibur adik adik di tenda pengungsian |
Pukul
2 siang, mas Anton mengajak saya dan rekan-rekan menuju Lombok Utara. Untuk
melihat lebih dekat kondisi yang terjadi sebelum seluruh rekan dalam gelaran
ini datang. Mba Tati dan mba Anas telah tiba siang itu. Ditambah mas Ryan yang
juga telah hadir di Lombok sejak sehari sebelumnya. Yang menarik, ada bantuan
dari TNI pada program kami dengan memberikan mobil Elf beserta pengemudinya
untuk jadi sarana transportasi.
Kawasan
Lombok Utara adalah spot pertama kunjungan kami. Beberapa kali saya terdiam kala melihat
beberapa bangunan roboh dan rusak total disepanjang jalan yang kami lalui.
Sesak rasanya dada melihat kondisi Lombok Utara. Mulai dari kawasan Pemenang
hingga Kayangan, rusak parah!. Kami sempat singgah ke barak pengungsian dan menghampiri
para korban gempa di Kayangan dan Santong. Hingga menutup aktivitas sepanjang hari di
kawasan Gangga.
RELAWAN 10K SUSU UHT
Selain
fokus pada kegiatan Trauma Healing untuk anak-anak dan perempuan, kami juga
membagikan 10 ribu Susu UHT yang merupakan program yang digalang oleh mas Anton
dan mba Tati. #relawan10Ksusuuht adalah tagar yang disebarluaskan di sosial
media. Bahkan tak hanya berupa bantuan susu, beragam jenis bantuan berdatangan.
Mulai dari beragam jenis mainan, baju baju layak pakai, alat tulis sekolah dan
buku bacaan hingga sembako. Beberapa bantuan tersebut kelak akan disampaikan dibeberapa
lokasi korban gempa.
Perjalanan
mendistribusikan bantuan terus berlanjut.
Beragam komunitas turut membantu dalam gelaran ini. Dihari kedua, kami
kembali mendatangi kawasan Pemenang dan Kayangan – Lombok Utara. Menyisir desa
dan dusun yang sebagian rumah telah rata tanah. Kali ini Relawan telah
bertambah, Koko – sobat saya dari Lampung yang datang semalam dan juga kak Iyus
yang membawa kendaraan untuk logistik kegiatan. Posko pengungsian dusun Waker
yang masuk dalam kawasan Santong sempat kami datangi. Di tenda-tenda
pengungsian dan sekolah darurat itulah kami menggelar kegiatan trauma healing,
bermain dan membagikan susu UHT dengan adik-adik hingga menyerahkan bantuan yang berasal dari
beragam komunitas.
Koko membagikan Susu UHT pada anak anak di Tenda Pengungsian |
Runtuhan
bangunan sebagai dampak dari terjadinya gempa begitu nyata. Beberapa bangunan
di kawasan terpencil dan jauh dari jangkauan jalan utama perlu penanganan tersendiri. Terlihat ketika kami mendatangi kawasan Kebun
Kunyit desa Dangiang kecamatan Kayangan. Kebutuhan mendesak bagi warga di desa-desa
yang berada di pedalaman. Bukan hanya bahan makanan dan obat obatan, penanganan
bangunan rumah yang rusak parah terlihat ketika menyambangi dusun Salut Barat
yang merupakan posko induk bagi korban gempa di desa Salut.
BERTEMU BUDAYA DUSUN GELUMPANG
Kunjungan
kami dalam penyaluran bantuan dan program trauma healing juga merambah kawasan Sembalun. Sebelum tiba di Sembalun, runtuhan bangunan
rumah dan fasilitas umum bahkan masjid menghias sepanjang jalan. Rombongan kami
sempat singgah ke Dusun Gelumpang dan SD 5 Akar Akar yang sempat saya datangi
kala gelaran Kelas Inspirasi Lombok 5 dahulu. Kami sempat singgah ke Desa adat Gelumpang dan
menyaksikan hajatan pernikahan yang sedang berlangsung. Semacam bonus dari
perjalanan. Bersama tim kami, telah
bergabung Kapten Kenjrot, yang datang
semalam. Seolah menggantikan Koko yang telah meninggalkan Mataram untuk
keperluan pribadinya.
Kisah
seru di desa adat Gelumpang akan saya tuturkan dalam judul tulisan terpisah.
kebersamaan dalam desa adat Dasan Gelumpang |
Usai
menghabiskan tengah siang yang terik berbalut adat istiadat di Dasan Gelumpang,
kami singgah di kawasan Sajang. Bercengkrama dengan adik adik di tenda
sekolah darurat. Hingga menyaksikan
tampilan sosok Nadira yang menggetarkan jiwa ketika ia menyampaikan puisi di dalam
sekolah darurat.
Kunjungan
kami membagikan beragam bantuan dari para donator dan komunitas terus
berlanjut. Mendatangi tenda sekolah
darurat di SDN 1 Sajang dan SDN 2 Sajang
adalah aktivitas kami bersama seluruh tim. Triana dan Utami, 2 sosok pramugari
yang merupakan rekan Pilot Kenjrot datang bergabung bersama tim tepat tengah siang. Dan bersiap untuk menjadi bagian dari penyaluran bantuan bersama Daeng mamat - Klinik Drone, Firman, mas Iyus dan rekan lainnya.
utami, mba Tati dan Triana sedang menghibur adik adik di tenda pengungsian |
menyapa adik adik di Sekolah Darurat |
the Team di depan Rumah Singgah Lombok. See you on next our project |
Menjadi
relawan untuk menghibur anak anak pasca gempa merupakan upaya kecil yang saya
dan teman-teman bisa lakukan. Terima kasih untuk jajaran donatur dari beragam
personal, komunitas, organisasi ataupun instansi. Kolaborasi yang menghasilkan
dampak baik dan nyata untuk mereka yang terkena bencana gempa di Lombok. Lebih
dari 35 Komunitas menjadi bagian dari gelaran ini. Termasuk
TNI yang turut memfasilitasi gelaran ini. Yang menarik, meski sedang terkena gempa dan suasana duka, tetapi
ada sisi optimis dari setiap warga yang saya sempat temui langsung. Mereka,
warga Lombok tentu terpukul dengan adanya musibah gempa. Tapi bukan berarti
melarungkan diri dalam kesedihan berlarut-larut. Mereka optimis untuk kembali
menjadi lebih baik. Semangat untuk Lombok Bangkit.
Kenapa, ya, setiap mengingat Lombok, kemudian membacanya kok jadi mellow. Terima kasih sudah bercerita, Bang Indra.
BalasHapusbanyak kenangannya yaaa mbaa...hehehe...semoga kita diberi kesehatan untuk bisa kesana lagi yaaa...
HapusAstagaaahh.. Sosok Ka Indra yg multitalenta inih ternyatah mempunyai talenta talenta lain yg tersembunyi (engga tersembunyi itu siihh ;p ) apalah kami tanpa mu bawang merah, ibarat lodeh tanpa garam, kagak seruu. I'm proud of you. We loph yuuu daaah.you are da best #gapakeRoti
BalasHapusDUH... pake UnKnow...pake ROTI pulaaakk..wkwkwkwkw btw i lop u too deh...
Hapus