Buat
yang suka wisata sejarah, Banten punya destinasi menarik berupa jejak sejarah lho!. Menariknya lagi, jejak sejarah di
Banten bisa di nikmati dalam sehari!. Jadi buat kamu yang tak punya banyak waktu
tapi pengen tandang ke banyak spot bersejarah. Bisa coba hal berikut deh ; Telisik sejarah di Banten dalam
sehari.
“Bawa
saya ke tempat-tempat bersejarah di Banten seharian besok ya, mba?” pinta saya pada mba Tati seusai program in House Training tenaga
kesehatan di Rumah Sakit Krakatau Medika
pada 10 Oktober lalu. Tanpa berfikir
panjang, Mba Tati pun mengacungkan jempol.
Jadilah
pagi itu, saya bersiap untuk tandang sejarah di kawasan yang mba Tati sebut
sebagai kawasan Banten Lama. Pukul 10 mba Tati menghampiri saya di Amaris Hotel. Tak hanya kami berdua,
ada pula Wening dan Yani serta mas Ma’aruf yang bertindak sebagai driver kami.
Seru kan, jalan-jalan ke spot bersejarah bareng
Cawapres, pak Ma’aruf! Hahaha.
Kidding!.
Perjalanan
kami memasuki kawasan Banten Lama diawali dengan melalui Tasik Ardi. Kawasan
nan asri berupa danau buatan dengan sebuah pulau kecil di bagian tengah yang
dibangun oleh Maulana Yusuf (1570-1580). Selain berfungsi sebagai tempat
peristirahatan dan rekreasi raja dan keluarganya kala itu, danau Tasik Ardi
juga menjadi pemasok air bersih ke Keraton Surosowan. Air danau dialirkan
melalui pipa-pipa terakota dan di jernihkan didalam tiga bangunan khusus yang
disebut Pangindelan Abang, Pangindelan Putih dan Pangindelan Emas. Selain
keperluan air bersih dalam Keraton Surosowan, air danau Tasik Ardi yang
sumbernya dari sungai Cibanten, juga dipakai untuk mengairi sawah-sawah yang
berada disekitarnya. Nah, saya dan rekan-rekan sempat singgah sejenak di
bangunan yang berfungsi sebagai pengelola air bersih pada masa lalu yang
disebut Pengindelan Abang. Bangunannya unik dank has masa lampau. Meski kondisi
bagian dalam yang tak terawat. Sampah menggenang diseluruh permukaan air. Bisa
jadi tak dirawat karena bangunan tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.
bangunan Pengindelan Abang |
bagian dalam Pengindelan Abang dan genangan sampahnya |
Perjalanan
kami berlanjut. Sekitar 500 meter
kemudian kami berhenti pada kawasan padat hinian warga dengan sebuah menara masjid usang berada persisi di
pinggir jalan raya. Masjid Pecinan Tinggi namyanya.
Masjid yang menjadi bangunan penting di masa 1552 – 1570 tersebut, kini
hanya menyisakan bangunan menara dan mihrab masjid. Adalah Syarif Hidayatullah
yang pertama membangun masjid tersebut sebelum kemudian dilanjutkan oleh sang
putera, Maulana Hasanuddin. Disebut sebagai Masjid Pesinan Tinggi karena dahulu
berada di kampung Pecinan, tempat tinggal dan berdagang orang-orang Cina di
Banten. Tak jauh dari letak bangunan
Masjid Pecinan Tinggi dan reruntuhannya terdapat bangunan khas cina dan
beberapa makam. Termasuk makam cina yang dekat dengan letak menara masjid
Pecinan Tinggi.
Menara Masjid Pecinan Tinggi dan kawasan sekitar. |
ONE STOP HISTORICAL PLACES
Usai
mengabadikan puing masjid Pecinan Tinggi, perjalanan kami lanjutkan menuju Vihara
Avalokitesvara Banten yang memiliki Altar Kwan Im Pho Sat. Selain bentuk bangunan dan tata kelola yang
menarik, Vihara ini menarik perhatian saya karena terdapat kisah tragedi
ledakan Gunung Krakatau dalam bentuk melodrama pada sebuah lorong bangunan bagian
dalam. Mba Tati mengajak saya dan rekan-rekan berjalan menuju bagian lain dari
bangunan utama Vihara. Terdapat beberapa ruang-ruang belajar dan juga bangku
santai di taman yang rindang.
Altar Kwan Im Pho Sat dalam Vihara Avalokitesvara Banten |
Tak
jauh dari letak Vihara, terdapat Benteng Speelwijk. Sebuah bangunan yang
didirikan oleh Belanda pada tahun 1585 di atas reruntuhan sisi utara tempbok keliling
kota Banten, sebagai simbol berkuasanya kolonial Belanda di Banten. Benteng
berbentuk persegi panjang tersebut memiliki bastion pada setiap sudutnya.
Disebut Benteng Speelwijk diberikan sebagai bentuk penghargaan kepada Gubernur
Jenderal Cornellis Janzoon Speelman yang bertugas antara tahun 1681 – 1684. Selain
bentuk Benteng ada pula kawasan pemakaman dibagian timur benteng yang disebut
dengan Keerkhof. Jadi, letak Vihara, Benteng dan Keerkhof
tersebut berdekatan. Selain hampran laut dan bentangan sungai. Sayang lokasi
sekitar nampak kumuh dengan sampah dan warung tenda yang tak tertata. Bila saja
kawasan ini di tata kelola dengan apik, bukan tidak mungkini akan mendatangkan
banyak wisatawan yang menaruh minat pada peninggalan sejarah. Karena tandang ke
Vihara, Benteng dan Keerkhof bagai tandang ke ‘one stop historical places’.
sebagian bentuk Benteng Speelwijk |
Tengah
siang datang dengan terik. Kami memutuskan rehat dan shalat Dzuhur di Masjid
Agung Banten yang penuh nilai sejarah. Jujur saja, saya termasuk sering dengar
soal Masjid Agung Banten dari meraka yang kerap melakukan ziarah di kawasan
ini. Dan baru kali pertama saya melihat langsung suasana dalam masjid dan
kawasan sekitar masjid yang begitu ramai aktivitas tersebut.
Kelak, akan saya
kisahkan dalam judul terpisah berkenaan Masjid Agung Banten.
Mba Tati berniat mengajak saya dan rekan-rekan lain
tandang ke Museum Kepurbakalaan usai Dzuhur. Meski kemudian kebingungan mencari
letak bangunan Museum tersebut. Jadilah kami
memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Dan ternyata mencari tempat makan
tak semudah mencari air mineral!. Termasuk mencari letak bangunan Museum yang
wajib berputar-putar arah, termasuk kebagian jalan sempit dalam pemukiman warga
hingga melihat wujud kuburan ikan!.
bagian depan Keraton Kaibon |
tampak muda Museum Situs Kepurbakalaan |
Letak
bangunan Museum Kepurbakalaan akhirnya dapat kami temui usai tandai ke Keraton
Kaibon. Ternyata, bangunan Museum berada
persis di depan Masjid Agung!!. Tak nampak mata, karena tertutup oleh pekerja
yang sedang melakukan perbenahan dibagian halaman masjid Agung. Kamipun dapat
masuk mendekat ke Museum setelah menggunakan password nama ‘Kang ii’ sebagai alibi pada
pekerja bangunan yang sedang melakukan perbaikan di bagian depan dari
Keraton Surosowan.
salah satu bagian dalam Keraton Surosowan |
Soal
Museum Kepurbakalaan dan Keraton Surosowan akan saya tuturkan dalam judul
terpisah aja yaah, soalnya bahas
sejarah kudu konsentraasi penuh, gak bisa sambil jogged dangdut!.
Btw, buat tandang sejarah dalam sehari di Banten sangat
menyenangkan. Dan saya wajib mengucap terima pada genks jalan yang hobah abiez ; mba Tati, Wening, Yuni dan
mas Wapres!. Semoga bisa jelajah bagian lain dari Banten suatu saat nanti.
Beneran, Banten itu banyak spot menarik untuk di kulik lho!. Next lanjut ya…
Nah, orang zaman baheula ternyata sudah melek cara menjernihkan air. Mungkinkah tempat penjernihan air itu dikerjakan oleh insinyur pribumi zaman itu, atau insinyur londo?
BalasHapussalam
Hebat Bang sudah sampai ke sini. Aku yang tinggal di Banten saja belum juga sampai di sini. Memalukan ya :)
BalasHapusWah, pengrtahuan baru nih mengenai lokasi wisata sejarah di Banten. Makasih om
BalasHapusAku suka nih wisata sejarah gini, jadi kalau lagi liatan bangunan atau benda-benda bersejarah gini selalu sambil membayangkan gimana masa lalu waktu jaman itu hehe
BalasHapus