…”persiapkan passport dan beberapa
kelengkapan buat urus visa.” ucap wanita di ujung telepon. “harus segera?”
tanya saya sembari menerka kemana kiranya tujuan perjalanan yang melibatkan
saya kali ini. “Segera!. Karena ngurus visa
Amerika itu ribet!!” pungkas sang wanita.
Mimpi apa tetiba ada ajakan ke Amerika!. Wanita yang menghubungi saya via ponsel adalah
pihak tour and travel yang mengurus perjalanan berdasarkan perintah Istri
Walikota Bandar Lampung – bunda Eva Dwiana Herman HN. Segenap organ badan jingkrak riang. Amerika berpendar di fikiran.
Meski bahagia tak terkira karena tahu akan di ajak ke Amerika, cemas pun melanda
jelang proses pengurusan visa. Pasalnya, beberapa teman dekat yang sempat urus
visa Amerika dalam 5 bulan terakhir mendapat penolakan. Bahkan pengajuan visa mentor
saya – miss Etha yang jelas-jelas suaminya warga negara USA aja di tolak!. Beruntungnya, saya dan tim yang akan ke
Amerika mengalami kemudahan dalam pengurusan visa. Meski memang ada beberapa
kendala saat proses wawancara visa di kedutaan Amerika termasuk kisah 1 orang
rekan penari dalam tim yang terkena penolakan.– well, detail info soal pengajuan visa Amerika kelak akan saya
tuturkan dalam judul terpisah.
Perjalanan yang saya lakoni merupakan bagian
dari misi budaya yang melibatkan banyak pihak.
Misi ini bermula dari undangan duta besar Indonesia untuk Mexico untuk partisipasi pentas seni dan budaya Kota Bandar Lampung dalam
ajang tahunan di Mexico – Festival Santa Lucia yang di gelar di kota
Monterrey, Mexico. Itulah sebabnya,
selain bunda Eva dan saya, juga tergabung rekan-rekan penari yang kelak akan
menyajikan tarian di hadapan penonton.
Karena pemesanan flight di jadwal keberangatan melalui New York lah yang
membuat rombongan kami melakukan pengurusan visa Amerika. Selain itu, menurut
tour and travel yang mengatur jadwal perjalanan kami, pengurusan visa Amerika
memudahkan kami memasuki kawasan Mexico.
Setelah melakoni beragam persiapan, perjalanan
pun di mulai. 22 Oktober 2019, Bandar Lampung – New York. Meski rute perjalanan
terbilang panjang tapi bayangan menginjakkan kaki di benua Amerika adalah
kebahagiaan tersendiri. Sebagai penyuka pelajaran sejarah sejak sekolah dasar,
gambar peta Amerika tertata rapih di benak dan harapan untuk suatu hari dapat
tandang entah bagaimana caranya. Hingga impian itu pun terwujud.
Festival Santa Lucia |
Anak kampung yang memupuk impiannya tandang
ke Amerika itu pun benar-benar merasakan apa yang dulu pernah ia idamkan. Mendarat
di Bandara International Jhon F. Kennedy adalah sensasi perdana yang saya
rasakan saat tiba di Amerika. Meski perjalanan masih menyisakan penerbangan
lanjutan ke Monterrey sebagai tujuan utama saya dan rombongan. Alhasil, lebih
dari 26 jam total perjalanan yang saya dan tim lakoni dari Bandar Lampung –
Jakarta – Singapura – Frankfrut – New York – Texas – Monterrey. Tiba di
benua Amerika pun tubuh mengalami banyak penyesuaian. Mulai dari penyesuaian
atas perubahan jam istirahat, jam makan dan jenis makanan hingga kondisi udara.
Tapi semua itu kami anggap sebagai
bagian dari resiko melakukan perjalanan ke luar negeri. Kalo gak berkenan
menerima resiko ya, jangan ke luar negeri ya… hehehe.
Bunda Eva juga sempat menghibur para tamu VIP dengan mendendangkan lagu Lampung dan lagu Dangdut pada setiap gelaran pentas. |
Pelaksanaan dari pertunjukan seni budaya
dalam gelaran Festival Santa Lucia yang kami lakoni pun berlangsung selama 3
hari di 3 lokasi panggung yang berbeda. Pada
hari pertama, saya dan tim tampil di aula kampus UDEM (University De Monterrey).
Hari kedua kami tampil di Teatro De La Ciudad De General Teran. Hari ketiga kami tampil di Centro Cultural
Rosa De Los Vientos. Sajian saya dan tim berupa
tarian dinamis dan lagu-lagu pop Lampung yang saya bawakan secara
langsung guna menyiasati waktu ganti kostum para penari di belakang panggung.
Selain menari dan menyanyi. Tim kami juga membawa serta beragam produk terbaik
dari Bandar Lampung sebagai cinderamata yang kami berikan pada tamu-tamu VIP
yang terdiri dari petinggi KBRI, pejabat daerah setempat termasuk para pesohor di
Mexico City.
Swafoto bersama Duta Besar Indonesia untuk Mexico, Konsulat Jendral Mexico untuk Indonesia dan rekan rekan KBRI |
Saya akan menuturkan secara khusus mengenai
tampilan saya dan tim plus kisah-kisah seru selama di Monterrey – Mexico dan
New York di postingan selanjutnya. Karena postingan ini hanya bersifat penjelasan
umum mengenai perjalanan saya dan tim selama lebih kurang 13 hari ke Monterrey
dan New York. Untuk sebuah impian yang terwujud dan kebahagiaan atas kunjungan
ke New York dan Mexico patutlah saya berterima kasih atas kebaikan Bunda Eva Dwiana
Herman HN yang berkenan melibatkan saya dan rekan rekan penari dalam misi budaya ke Amerika. Sesuatu
yang tak pernah saya fikirkan dapat terwujud hanya dengan bermodal kemampuan berkomunikasi,
memandu acara dan bernyanyi. Bahwa benar
adanya, kemampuan kecil yang di asah dan di bangun melalui ketekunan dan keyakinan akan
mengantarkan pada pencapaian besar di kemudian waktu.
Terbaik.
BalasHapusBang Indra ini contoh nyata orang yang benar-benar "kawin" dengan pekerjaannya. Next jalan ke Afrika ya bang. Ke negeri jauh yang eksotis biar ceritanya bisa aku baca :)
Artikelnya mantull bang Indra
BalasHapus