photo by KBRI Mexico City. |
Tak pernah saya tahu apa itu Festival Santa
Lucia. Bahkan tak pernah membayangkan seperti apa wujudnya. Hingga kemudian mendapat
kabar bahwa saya menjadi bagian dalam tim misi seni budaya Bandar Lampung di
Festival Santa Lucia, Monterrey, Mexico.
Festival Santa Lucia atau yang kerap disebut Festival Internasional Saint Lucia (FISL)
merupakan acara pertunjukan seni
budaya yang telah di gelar sejak 2008
dalam rangka memperingati hari jadi kota Monterrey. Sebagai acara seni budaya,
FISL menyuguhkan nuansa seni budaya nan beragam sebagai sajian utama. Tak
sebatas musik, lagu dan gerak tari, tetapi juga seni budaya dalam bentuk pertunjukan
opera atau teatrikal, lukisan, sastra lisan, wastra hingga diskusi dan seni
rupa yang di pajang selama acara berlangsung. Tak sebatas pada seni budaya lokal
Mexico saja tetapi juga seni budaya dari beragam negara. Sejak gelaran perdana,
FISL telah menghadirkan bermacam penampil yang mewakili negara-negara beragam
benua.
“Mengapa namanya acaranya Festival Santa
Lucia?” tanya saya pada Pablo, bapak tua yang bertindak sebagai pemandu
rombongan kami selama di Monterrey. Menurut Pablo, sebagai salah satu kawasan
dalam kota Monterrey, Santa Lucia memiliki peran penting bagi warga Monterrey.
Dimana sumber air yang mengaliri seluruh kawasan Monterrey berasal dari kawasan
Santa Lucia. Bahkan, menurut Pablo,
sumber air yang berasal dari Santa Lucia tak pernah kering meski saat musim
panas sekalipun. Sebagai salah satu kota terbesar kedua setelah Mexico City,
Monterrey tergolong kota yang memiliki perkembangan pesat. Terlihat dari
pabrik-pabrik yang bergerak di sektor industri, perdagangan hingga pembangunan
kawasan yang tergolong maju dan modern. “Jika kamu ke Mexico City, kamu akan mudah
mendapati budaya lokal yang masih kental. Sementara Monterrey jauh lebih
modern. Lebih condong bergaya Amerika.” terang Pablo kala saya tanyai soal perbedaan
Monterrey dengan Mexico City.
ACARA
SENI BUDAYA YANG BERLANGSUNG LEBIH DARI DUA BULAN!.
Sejak awal pelaksanaanya, FISL berkomitmen
untuk terus menyajikan beragam jenis seni dan budaya pada masyarakat dengan
mengusung konsep ‘The Arts to the Street’. Itulah sebabnya, tak ada satupun
sajian yang memberlakukan ticketing. Semua sajian dapat di nikmati secara
Gratis!. Sebagai ajang festival non
profit, FISL menyajikan beberapa panggung dan spot kreatif dalam satu lokasi.
Sehingga penonton dapat membaur dan memilih pertunjukan pilihan mereka sesuai
dengan jadwal yang telah di kemas oleh panitia.
Mekanisme penyajian pun
beragam. Tak monoton pada panggung panggung pertunjukan semata. Ada pula sajian
seni budaya yang di gelar di jalan raya layaknya sebuah karnaval seni budaya
hingga beragam pertunjukan yang di gelar di teater kota pada skup kecamatan
dalam kota Monterrey. “Hal tersebut di lakukan supaya masyarakat yang tak
sempat datang langsung ke kawasan Santa Lucia tetap dapat hiburan gratis dari
para penampil yang juga menjadi bagian dari FISL” urai Andreas, salah satu
pekerja sukarela gelaran FISL. Yang juga mengagumkan, untuk jenis acara seni
dan budaya, Festival Santa Lucia berlangsung dalam waktu yang tak singkat.
Total pertunjukan selama 2 bulan lebih!. Festival Santa Lucia yang kami ikuti
kali ini telah di mulai sejak 20 September hingga 10 November 2019. Edan!!!. Kebayang ribetnya panitia ngurusin jadwal
acara tiap harinya. Di tambah performa yang tak hanya terpusat pada satu
lokasi. Bayangkan saja, dalam 1 hari, sajian seni budaya beragam macam dapat
berlangsung di lebih dari 10 lokasi!!. mumet mumet tuh panitia!!,hahaha.
Bunda Eva turut mendendangkan lagu dangdut bersama Duta Besar dan Tamu tamu VIP dan audience |
rekan rekan penari Sanggar Tapis Berseri mengajak audience menari bersama. |
TIGA
PERTUNJUKAN BERDURASI MASING-MASING 1 JAM.
Bagi saya dan tim, menjadi penampil dalam
gelaran Festival Santa Lucia adalah pertaruhan nama baik. Bukan hanya soal nama
kota Bandar Lampung dan provinsi Lampung tetapi juga nama besar bangsa. Mengingat
kami juga menjadi satu-satunya penampil dari Indonesia. Maka persiapan matang
jelang keberangkatan menjadi modal besar kami. Beruntung pihak KBRI di Mexico
City sangat banyak membantu kami. Terkhusus dalam menjembatani kebutuhan kami
pada panitia pelaksana. Mulai dari kebutuhan tampil kami hingga mengatur jadwal
kegiatan kami selama berada di Monterrey, Mexico. Termasuk menjadi penerjamah
sajian kami pada warga lokal.
saya bersama Rektor UDEM dan Bunda Eva dalam salah satu moment pemaparan seputar potensi Bandar Lampung dan Lampung secara keseluruhan. |
Secara keseluruhan, tim kami mendapat jatah
tampil sekali dalam sehari selama tiga hari berturut-turut. Penampilan perdanaBandar Lampung berlokasi di Aula pertunjukan kampus Universidad de Monterrey (UDEM). Tampil di ratusan mahasiswa beserta jajaran
civitas akademika menjadi tugas yang menyenangkan sebagai suguhan pertama dengan
kondisi tubuh yang masih jetlag setelah 26 jam lebih dalam perjalanan dari
Lampung ke Monterrey. Tampilan kedua
bertempat di sebuah kawasan yang dekat dengan pusat kota Monterrey. Berlokasi di
Teater De La Ciudad, de General Teran. Dan sajian ke tiga berlokasi di Centro
Cultura Rosa De Los Vientos – Santa Lucia, Monterrey.
Dalam setiap penampilan, kami menyajikan 3
tarian dengan gerak dinamis dan konstum yang memikat mata. Tersaji juga
peragaan busana sulam usus dan sulam tapis khas Lampung. Saya pribadi bertugas
sebagai pemandu acara, menjelaskan secara umum mengenai potensi seni budaya dan
pariwisata provinsi Lampung dan terkhusus kota Bandar Lampung termasuk menyanyi
lagu pop Lampung di setiap jeda tarian untuk memberi kesempatan pada penari
berganti busana dan riasan di belakang panggung. Selain itu, Bunda Eva selaku
pimpinan rombongan turut mendendangkan beberapa lagu dangdut yang membuat
audience bergoyang bersama. Rasanya latihan yang kami lakukan berhari-hari
jelang keberangkatan menjadi kebahagiaan dengan sambutan antusias penonton
dalam setiap 1 jam sajian kami.
0 comments :
Posting Komentar