Ada
rasa antusias saat mendengar kabar di bukanya akses tol Lampung ke Palembang.
Pasalnya, saya pernah merasakan perjalanan selama 12 jam dari Bandar Lampung
hingga kota Palembang di kisaran tahun 2006. Maka dengan adanya akses tol
Lampung ke Palembang, mampu mengurangi waktu tempuh berkendara menjadi hanya 4
jam!. Sangat menggiurkan untuk dicoba
kan?.
suasana lengang sepanjang rute tol Simpang Pematang - Kayu Agung |
Menjajal
akses tol Lampung – Palembang berlangsung saat menghadiri resepsi pernikahan
kak Kent dan mba Dea di Palembang bersama rekan-rekan All Community For
Humanity (ACFH). Akhirnya, genks ACFH tak hanya berkumpul kala terjadi bencana.
Sesekali kumpul dalam suasana bahagia. It’s Peste and Wisate bukan Bencane,
begitu seloroh kami. Maka, setelah pembicaraan dalam WhatsApp Group di
sepakatilah waktu keberangkatan meski pada kenyataannya tak sesuai dengan
jumlah personal yang semula menyatakan kesediaan.
Beberapa
rekan ACFH menuju Palembang menggunakan pesawat. Beberapa lagi melakukan
perjalanan via darat. Sensasi ‘Road Trip’ macam berkegiatan sosial pun telah
mendarahdaging rupanya. Bermula dari
Jakarta, bertemu rekan di Cilegon hingga kemudian menyinggahi saya di Lampung. Komplitlah
komposisi tim road trip. Mas Zulman pada kemudi, saya selaku navigator (tepatnya
bertindak sebagai biduan), mba Tati, mba Fitri dan Hilda (selaku tiga Diva
versi karbitan semalam). Formasi kami berlima macam group vocal Warna.
“sekarang atau lima puluh tahun lagi… “ (sialkan lanjutkan liriknya!).
Pintu Keluar Kayu Agung |
AKSES TOL KAYU AGUNG MASIH GRATIS!.
Sejak
di resmikan oleh Presiden Jokowi pada 15 November 2019 silam, maka ruas tol
Terbanggi Besar – Pematang Panggang hingga Kayu Agung (TERPEKA) menjadi tol
terpanjang pada jalan tol Trans Sumatera (JTTS) dengan panjang mencapai 189 km.
Bahkan menjadi tol terpanjang se-Indonesia (untuk saat ini). Terlebih nantinya
dari Kayu Agung akan terhubung langsung ke Palembang dan kemudian ke Banyuasin.
Jadi ruas tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang hingga Kayu Agung melengkapi
jalan tol Bakauheni – Terbanggi Besar yang telah terbangun lebih dulu dan telah
beroperasional pada bulan sebelumnya.
Laju
berkendara saat memasuki kawasan Pematang Panggang terbilang lancar. Beberapa Rest
Area sedang dalam proses pembangunan. Belum tersedia asupan bahan bakar bagi
kendaraan yang melintasi tol. Baiknya,
isi penuh tangki bahan bakar sejak dari kawasan Bakauheni atau dari Bandar
Lampung. Karena kondisi lalu lintas dalam tol yang lengang, maka tak heran bila
kemudian membangkitkan Imajinasi pun
berpendar liar kala melihat kondisi sepanjang jalan tol yang kami lalui. Halusinasi pun mulai diagungkan. Mulai merasa
tiba di New Zealand ketika meliintasi padang rumput nan hijau, melalui South Africa
ketika hamparan gersang membantang hingga
melihat kebun mariyuana kala melihat wujud luas kebun singkok. (berimajinasi
daun singkok sebagai mariyuana!!). Bahkan ketika melihat hamparan kebun kelapa sawit,
kami sepakat sedang melihat pohon kurma dan merasa ada di kawasan Jedah.!!.
Yang menandakan halusinasi semakin menjadi ketika melihat keterangan penunjuk
arah bertuliskan Pematang Panggang – terbaca Pekmpek Panggang!!. Memang batas
antara kreatif dengan rasa lapar beda tipis!.
Akses
keluar pintu Tol Kayu Agung menjadi penanda akhir dari rute tol yang kami
tempuh. Total 4 jam berkendara dengan kecepatan 100km/jam. Laju kendara yang
cukup kencang di tengah ruas tol yang masih lengang. Bersyukurnya, rute Terbanggi Besar ke Kayu
Agung masih Gratis. Jadi kami hanya bayar tol sebesar Rp.69.000 untuk rute
Bandar Lampung – Terbanggi Besar. Waktu tempuh selanjutnya menuju pusat kota
Palembang melalui kawasan Indralaya.
Akses tol Kayu Agung ke kota Palembang
sedang dalam pembangunan.
MENYUSURI TEKA TEKI SAAT RUTE KEMBALI
Usai
menjalani serentetan aktivitas bahagia bersama genks ACFH di kota Palembang
termasuk merayakan kebahagiaan kak Kent dan mba Dea dalam resepsi pernikahan
mereka, kami pun harus kembali ke domisili masing-masing. Tak ada pesta yang
tak usai.
Rute menuju
Lampung kami mulai dengan melalui kawasan Jakabaring yang menurut Google Map
menghubungkan akses Tol Indralaya ke Kayu Agung. Meski tak begitu yakin, tak
ada salahnya untuk dicoba. Kami bertemu sekelompok bapak-bapak yang berada
persis di depan pintu masuk tol Indralaya. Beberapa pemilik kendaraan di depan
kami terlihat memberi ‘uang pelicin’ pada bapak-bapak tersebut. Kami?, tentu
tak mau main suap. Mas Zul berlagak tanya di genapi dengan ucapan basa basi dan
terima kasih dalam bahasa ogan yang saya kuasai, maka masuklah kami ke akses
jalan tol yang menghubungkan Indralaya – Kayu Agung.
Awalnya,
laju kendaraan kami di tol Indralaya – Kayu Agung berlangsung lancar. Hingga
pada suatu kawasan dalam tol bertemu beberapa anak muda yang memberi informasi
akses keluar tol Kayu Agung di tutup. Maka sekumpulan anak muda itu pun
menyarankan kami untuk mengikuti rute jalan perkampungan yang letaknya menurun
kebagian kanan dari posisi kami yang berada di ruas jalan tol saat itu. Merasa
informasi yang di berikan para anak muda itu dapat di yakini. Terlebih terlihat
ada 1 mobil yang juga melakukan hal yang disarankan oleh anak muda tersebut.
Setelah berbincang sejenak (lagi lagi saya menggunakan bahasa ogan agar
terlihat warga lokal meski plat kendaraan jelas jelas luar kota!), kami pun
mengikuti saran para anak muda tersebut.
Awalnya ada sedikit ragu. Tapi alasan penutupan akses keluar tol di
tutup dapat di terima akal sehat. Pasalnya, akses tol Indralaya – Kayu Agung
memang belum usai 100 persen. Ditambah suasana sore yang beranjak gelap.
melalui kawasan hunian sederhana pedesaan |
Susur
jalan bak memecahkan teka teki pun dimulai!!. Di awali dengan jalan kerikil diantara
pepohonan karet dan perkebunan. Lalu masuk ke jalan yang dekat dengan hunian
warga pada sisi kiri dan kanan jalan. Lalu berganti lagi menemui area
persawahan dan kemudian menikmati alunan kelok dan lubang jalan nan aduhai
dalam!. Semakin lengkap ketika di hadapkan pada sebuah jembatan besi reot yang sebagian
dari penutup jembatan terbuka menganga!. Sungguh senja yang menguji nyali. Tidaklah saya tahu nama kawasan yang saya
lalui. Selain tak ada plang yang memberi tahu nama kawasan. Area pemukiman warga pun tergolong lengang.
Berasa sedang masuk dimensi lain dari sebuah perkembangan zaman!. Tanda-tanda kehidupan terlihat jelas ketika
rute yang kami lalui bermuara pada desa Awal Terusan kecamatan Simpang Padang –
Ogan Komering Ilir. Terlihat dari plang bangunan Sekolah Dasar yang kami lalui.
Lega rasanya melihat keramaian setelah melalui beragam jenis kondisi jalan dan
suasana perkampungan.
kondisi jalan perkampungan yang kami lalui |
kondisi sekolahan yang saya abadikan melalui ponsel dari jendela kendaraan. |
Rute
melalui jalan perkampungan yang kami lakukan tentulah tak akan terjadi jika
nantinya akses tol Indralaya – Kayu Agung telah selesai proses pengerjaan dan beroperasional
secara penuh. Cukuplah kami yang berpetualang melalui rute jalan super
fantastis dan perkampungan yang tak pernah ada dalam rencana perjalanan. Rencana sore masuk kawasan tol Pematang
Panggang pun tinggal rencana. Kenyataannya, lepas maghrib kendaraan yang
dikendalikan mas Zul baru menemukan pintu tol masuk Kayu Agung. Alhasil, gelap
malam di sepanjang jalan tol yang kami lalui adalah suasana malam yang mau tak
mau kami hadapi. Jangan tanya bagaimana kami menghibur diri dengan suasana
sekitar tol yang gelap tanpa ada kendaraan lain. Mulai dari bermain sambung
lirik lagu, tebak judul lagu, tebak nama artis, hingga sambung ayat Al Quran
pun kami lakukan. Hingga pukul 22.00 tiba selamat di Bandar Lampung.
Bang Zulman terakreditasi paripurna. Ujian dilalui dengan sempurna. Tepuk tangan gemuruh....siyap terima tantangan berikutnya hahaha
BalasHapusBang Zulman terakreditasi paripurna. Ujian dilalui dengan sempurna. Tepuk tangan gemuruh....siyap terima tantangan berikutnya hahaha
BalasHapusmba Tati sekarang udah bisa membedekan jalan Tol atau bukan yaaa?... jangan tanya lagi ini tol apa bukan???
HapusSungguh mendebarkan dan menegangkan di jalan desa tsb. 🙈
BalasHapusthanks banged lho mas Zul berkenan mengemudikan kendaraan dengan ciamik dan ketje Bn BN
HapusBanyak kawan orang Palembang ataupun Lampung, mereka berujar kalau sekarang ada jalan tol dan bisa memangkas jarak tempuh perjalanan. Jadi ingat kata kawan kalau lihat jalan rusak.
BalasHapus"Sejelek-jeleknya jalan di Jawa, bagi kami (orang Sumatera) pasti bilang jalannya bagus. Karena jalanan kami jauh lebih parah"
Ini semacam guyonan waktu kami ngopi di bawah pohon alpukat depan kosan.
hehehehe.... kondisi jalan Sumatera memang menantang. itulah kenapa orang orang kelahiran Sumatera terlatih berjiwa kuat karena kerasnya hidup di Sumatera. wkwkwkkw... Itu juga jadi guyonan saya dant eman di pulau Jawa.
HapusAstaga jadi pengen nyobain langsung lewat tol kepalembang
BalasHapushaLaaahh PHP mau ikuta ternyata sekedar janji aajjjaahhh wkwkwkwkwkw
Hapus