Saya dan seluruh rombongan bergegas masuk bus
usai sarapan dengan membawa serta seluruh perlengkapan yang telah dipersiapkan
sejak malam. Yup, sore hari saya dan rekan-rekan tim seni budaya Bandar Lampung
akan menuju kampus Universidad de Monterrey (UDEM) untuk melakukan gladi resik dan
melakoni pertunjukan pada malam harinya. Tapi sebelumnya, pagi hingga siang
hari kami akan mengunjungi sebuah kawasan wisata terkenal di kota Monterrey ;
Grutas de Garcia.
Apaan tuh?!. Mari kita kemon. Lets go
Genks!!.
parque (taman) Grutas de Garcia (gua Garcia) |
Berdasarkan penuturan Pedro – pemandu kami
selama di Monterrey, Grutas de Garcia adalah wisata alam yang menarik dan
terkenal di Monterrey. Grutas artinya gua sedangkan Garcia merupakan nama
kawasan dimana letak gua tersebut berada. Tetiba
saya jadi ingat nama actor Hollywood ; Andy Garcia. Aa ada hubungannya dengan
nama kawasan Garcia itu yaa?. Entahlah.
Sebagai kawasan wisata alam ternama di
Monterrey, Grutas Garcia tentu saja ramai pengunjung. Tapi Pedro menjelaskan bahwa
kami tidak akan berjejalan dengan pengunjung lain karena kedatangan kami bukan
pada akhir pekan atau hari libur. “Dapat dipastikan kita tidak bertemu banyak
pengunjung di lokasi nanti.” urai Pedro.
bidikan dari balik kaca bus yang sedang melaju. Imajinasi saya langsung ingat rumahnya Dinosaurs. |
Saat Pedro membahas runutan jadwal kegiatan kami
selama di kota Monterrey, saya melayangkan pandangan keluar jendela bus.
Seperti biasa, perilaku saya tak lain adalah memotret dan merekam dari balik
kaca kendaraan hingga menyimak aktivitas masyarakat disepanjang jalan yang dilalui
bus. Beberapa puluh menit setelah
meninggalkan kawasan hotel dan pusat kota, bus yang kami tumpangi melaju
dijalan yang pada kiri dan kanan hanya terdapat beberapa jenis kaktus. Khas
suasana tumbuhan di lahan tandus. Beberapa pohon kering kontras menghias dengan
latar pegunungan dikejauhan. Tak banyak pemukiman warga. Selama bus melaju tak
banyak pula kendaraan lalu lalang. Pedro
menyampaikan bahwa kami menuju arah timur dari Monterrey. Semakin bus jauh
bergerak, wujud pegunungan batu nan tandus semakin menghias disisi kiri dan kanan
jalan. Seolah jalan yang kami lalui membelah gunung batu. Semakin membuat saya
antusias memotret sepanjang jalan.
Wujud Cerro (gunung) Del Fraile dari areal parkir kendaraan |
Akses masuk menuju letak kereta gantung ke Grutas de Garcia. |
TAMAN
NASIONAL CUMBERS DE MONTERREY DAN SEJARAH DITEMUKANNYA GRUTAS DE GARCIA
Bus tiba dilokasi tujuan setelah 2 jam
berkendara dari pusat kota Monterrey. Dari dalam bus, wujud pegunungan nampak
mendominasi. Bentangan taman bunga tropis lengkap dengan beragam jenis kaktus
menyambut pengunjung dibagian depan dekat pintu masuk. Beberapa spot foto
tersebar dalam kawasan taman. “Letak gua nya dimana ?” tanya saya pada Pedro. “up
there.” jawab Pedro sembari mengacungkan telunjuk ke salah satu sisi gunung.
Saya pun mendongak kebagian yang Pedro maksud. “Gimana sih?, ditanya letak gua
kok malah nunjuk keatas?” gumam saya.
Foto Group di titik kumpul sebelum naik kereta gantung. Saya dimana?. Saya yang Motok! :) |
Pedro mengumpulkan seluruh rombongan di
sebuah sudut yang bertuliskan ‘Nuevo Leon’. Dari lokasi itu, Pedro menjelaskan
soal spot yang akan kami datangi. “Selamat datang di Grutas de Garcia.” buka
Pedro ada kami semua. Menurut Pedro,
Grutas de Garcia termasuk dalam kawasan Taman Nasional Cumbers de Monterrey.
“Sebagimana sebuah Taman Nasional, kawasan ini tentu saja dilindungi oleh
pemerintah.” ucap Pedro. “Ada beberapa gunung batu dalam kawasan Taman Nasional
ini. Tapi kita akan menuju gunung Cerro Del Fraile dimana letak gua Garcia
berada.” jelas Pedro. “Ada ratusan anak tangga yang dapat dilalui pengunjung untuk
tiba di gua Garcia.” urai Pedro.yang kemudian disambut gemuruh penolakan dari
kami semua. “Apa!!?? Menapaki ratusan anak tangga
ke atas gunung!?. Mending gue nunggu disini aja.” sahut salah satu rekan
penari dalam rombongan kami. “Tenang, sekarang sudah modern. Kita akan naik
kereta gantung.” jelas Pedro yang membuat lega kami semua.
Untuk kamu yang ingin tahu soal tiket dan akses transportasi umum dari kota Monterrey ke Grutas de Garcia, dapat klik disini.
lihat rute kereta gantung yang menanjak |
sebagian kawasan Taman Nasional CUmbers de Monterrey dari kaca kereta gantung. |
wujud gunung dan jalan raya yang saya abadikan dari bakil kaca kereta gantung |
Sembari berjalan menuju letak kereta gantung,
Pedro menjelaskan bahwa dahulu pengunjung menapaki ratusan anak tangga untuk
menuju ke letak dari gua Garcia. Setelah itu dibuatlah kereta pengangkut
sederhana sebelum ada kereta gantung seperti sekarang ini. Cerro Del Fraile
atau gunung Del Fraile sendiri memiliki ketinggian 1.080 meter diatas permukaan
laut. Menurut Pedro, dalam catatan sejarah Meksiko, gua-gua dalam gunung batu
itu terbentuk sekitar 50 juta tahun lalu berdasarkan fenomena alam. Gua Garcia
sendiri diyakini tersembunyi sejak masa prasejarah hingga akhirnya pada tahun 1843 ditemukan oleh pastur bernama Juan
Antonio Sobrevilla ketika ia memutuskan untuk bersantai disekitar kawasan usai
melakoni perjalanan panjang. Sejak tahun 1843 itulah masyarakat di Garcia, Monterrey
hingga Meksiko mengetahui gua Garcia didalam gunung Del Fraile. Seiring waktu, kawasan Taman
Nasional mengalami banyak pembenahan. Salah satunya penambahan beragam
fasilitas pendukung berupa kereta gantung yang sedang membawa saya dan
rombongan beranjak menuju puncak gunung Del Fraile. Kereta gantung yang kami
tumpangi tergolong kuat karena mampu membawa 30 orang dalam sekali perjalanan.
Kemiringan 45 derajat menanjak pun menjadi sensasi tersendiri. Bagi yang takut
ketinggian baiknya pejamkan mata selama dalam kereta gantung. Tapi saya,
seperti biasa, memotret bentangan alam
yang begitu memukau selama kereta gantung bergerak naik.
Koridor tertinggi di puncak gunung Del Fraile menuju mulut gua. Lihat anak tangga itulah yang juga dapat jadi akses pengunjung sebelum ada kereta gantung. |
PESONA
BATU RUNTUH DAN RUANG-RUANG TEMATIK.
Usai menaiki kereta gantung, kami menyusuri
sebuah koridor yang terhubung dengan mulut gua. Dari koridor tersebut terlihat
jelas bentangan Taman Nasional Cumbers de Monterrey. Wujud gunung batu dengan
hamparan tumbuhan tandus begitu khas dari kejauhan. Formasi stalaktit dan
stalakmit batu kapur langsung terlihat begitu kami melewati pintu masuk. Menurut Pedro,
bebatuan dalam gua memiliki ketinggian 300 meter dengan kedamalam 105 meter.
Dari letak pintu masuk terdapat dua jalur yang dapat diakses oleh pengunjung.
Satu jalan menurun dan satu jalan menanjak. Uniknya dari masing masing jalur tersebut
terdapat ruang-ruang tematik yang menjadi bagian dari pengelolaan kawasan. Pada
akses jalan menurun terdapat 11 ruang tematik dan pada akses jalan menanjak
terdaat 16 ruang tematik. Pedro mengajak kami menapaki anak tangga yang menanjak.
fasilitas untuk mengamati sebagian bentangan Taman Nasional Cumbers de Monterrey. |
Bayangkan, ini adalah tampilan sebagian dari Taman Nasional Cumbers de Monterrey. gimana keseluruhannya yaa? |
Secara bentuk dan tampilan, gua Garcia yang
ada dihadapan mengingatkan saya pada wujud gua Puteri di Ogan Komering Ulu –
Sumatera Selatan. Sama persis. Berhias lampu penerang dibeberapa sisi. Meski ada
beberapa bentuk bebatuan yang unik dan tidak ada di dalam gua Puteri –
Baturaja, OKU, termasuk dekorasi salib dibeberapa sudut ruang. Soal suhu selama dalam gua tak perlu
khawatir. Terasa sejuk. Terlebih ada papan penjelasan mengenai suhu udara dalam
gua yang menunjukkan angkat 18 derajat celcius. Jauh lebih sejuk ketimbang
terik matahari diluar gua.
menapaki anak tangga menuju bagian atas |
salah satu sudut dengan tata penerangan yagn menarik dalam salah satu ruang di Grutas de Garcia. |
formasi Stalaktit dan Stalagmit dalam Grutas de Garcia. |
Ruangan pertama yang Pedro perkenalkan ke
kami adalah ruang dengan nama ‘El salon de la luz’ atau ‘the light chamber’.
Menurut Pedro, penamaan tersebut karena kejernihan alami pada bebatuan hingga
langit-langit sehingga memungkinkan cahaya luar memasuki ruangan. Selanjutnya,
kami memasuki ruangan yang bertuliskan ‘La Octava Maravilla’ yang memiliki
makna keajaiban kedelapan karena membentuk formasi stalagmit dan stalaktit
berupa ceruk luas seperti bak pemandian. Selanjutnya ada pula ruangan dengan
nama ‘El Salon del Aire’ – sebuah ruang yang seolah memiliki panggung berundak.
langit-langit gua yang berwarna putih jernih memantulkan cahaya. |
El Teatro. |
SOK
TEGAR DIHADAPAN MAKAM KERAMAT
“Kita tak akan selesai menyusuri lorong demi lorong gua untuk menikmati seluruh ruangan.” ujar Pedro pada rombongan kami. Terlebih panjang lorong gua mencapai 3,5 km. Sedangkan waktu kunjungan kami hanya berlangsung sebelum jam makan siang. “Silakan berfoto di ruang ini saja” sahut Pedro yang memutuskan membebaskan kami untuk mengabadikan bebatuan cantik di ruang bernama ‘El Teatro’ – sebuah ruang yang lebih luas dari beberapa ruang yang kami datangi sebelumnya karena berbentuk seperti sebuah ruang pertunjukan (theatre). “ Apakah sering ada pertunjukan disini?” tanya saya menghampiri Pedro ketika semua orang sedang mengabadikan diri di bebatuan. “Yes. Ruangan ini kerap jadi pelaksanaan ritual keagamaan.” jawab Pedro setengah berbisik pada saya sembari mendekatkan badannya. Saya membaca ada sesuatu yang disembunyikan dati gelagat yang Pedro perlihatkan. “Jenis ritual semacam apa?” tanya saya semakin penasaran. “Follow me…” sahut Pedro seraya menoleh ke kiri dan kanan memastikan tak ada orang lain selain ia dan saya.
Saya
pun antusias mengikuti langkah Pedro ketika seluruh rombongan sedang seru
berswafoto disegala sudut ruang bebatuan.
mulanya Pedro mengajak saya melalui celah ini. |
melalui jalan sempit begini ... |
Pedro mengajak saya pada sebuah jalan yang tak
begitu luas. Sebuah alur berbelok dari ruangan El Teatro sebelumnya. Pada jalan
mirip gang pemukiman sempit itulah saya semakin dibuat terpesona pada bentuk
bebatuan dilangit-langit gua yang seolah berjatuhan. Kekaguman saya pada wujud
batu runtuh tak berlangsung lama. Karena dari gang sempit yang tadi saya lalui,
Pedro membawa saya pada sebuah pertemuan jalan yang menghubungkan kami ada
sebuah ruangan yang tidak terlampau luas tetapi terlihat ada sebuah altar
berhias. “Ini dipercaya sebagai makam pastur yang menemukan gua ini, Juan Antonio
Sobrevilla”. jelas Pedro yang sontak membuat saya bergidik!!. Sembari
menguatkan diri saya tetap memotret wujud makam meski sekuat tenaga menahan
ketakutan. Nama akun sih boleh
duniaindra, tapi bukan berarti gue berani dengan dunialain!!.
“Kamu boleh memotret lebih dekat.” Pedro
memberi saya kesempatan.
“oh cukup.” jawab saya yang sedang sok
berani.
“Lalu ritual macam apa yang terjadi? Dan apa
hubungannya dengan makam itu?” tanya saya menuntaskan rasa penasaran.
“Beberapa perkumpulan keagamaan dan juga
pengurus kawasan disini sering buat upacara penyembahan untuk Pastur yang
dipercaya menjadi penjaga kawasan ini.” jelas Pedro yang membuat saya semakin
merinding takut.
“Apakah makam ini boleh didatangi semua pengunjung
yang masuk ke gua Garcia?” tanya saya sembari melangkah perlahan menjauhi letak
makam.
“Boleh saja.” jawab Pedro. “Asal tidak
melakukan hal-hal yang membuat si Pastur marah.” jelas Pedro kemudian.
“Masyarakat lokal percaya ruh Pastur masih hidup dan menikmati kehidupannya di
dalam ruang-ruang yang ada di gua ini.” ujar Pedro yang tak terasa membawa saya
kembali ke letak ruang teater dimana seluruh rombongan berkumpul dan kemudian
sepakat beranjak keluar gua.
nampak wujud makam |
ini hasil foto yang paling dekat yang saya mampu potret. tak berani lebih dekat. bergidik seluruh tubuh. |
Mata saya tak henti memandangi seluruh ruangan
dan dinding gua sebelum akhirnya kembali berada di luar mulut gua dan bersiap
menaiki kereta gantung kembali. Saya merasa beruntung melihat wujud makam
berkat Pedro meski sebenarnya memunculkan banyak pertanyaan. Tapi sudahlah,
bukankah manusia memang harus menghargai aktivitas warga tak kasat mata?. Dan
saya yakin, selama kita memiliki tata karma berkunjung tentu akan baik-baik
saja. Sejak mendapat kesempatan ngobrol berdua dengan Pedro dalam kunjungan ke
Grutas Garcia itu, saya kemudian mendapat banyak kisah seru yang selalu terjadi
dalam obrolan singkat disela-sela kegiatan selama di Monterrey. Kelak penuturan
Pedro lainnya akan saya ceritakan lagi di judul kisah selanjutnya yaaa.
0 comments :
Posting Komentar